Idulfitri 1438 H
Jangan Salah, 'Minal Aidin Wal Faizin' Ternyata Artinya Bukan 'Mohon Maaf Lahir Batin', tapi Malah
Ucapan selamat Idulfitri dan disertai dengan 'Minal aidin wal faizin' merupakan
TRIBUN-TIMUR.COM - Ucapan selamat Idulfitri dan disertai dengan 'Minal aidin wal faizin' merupakan tradisi yang berawal dari para pedagang Arab yang menyebar Islam di Indonesia, menurut seorang anggota Majelis Ulama Indonesia, MUI.
Kartu-kartu ucapan, termasuk yang elektronik, bagi Anda yang mengirim ataupun yang menerima tentu kata-kata 'Minal Aidin Wal faizin' banyak ditemukan dan dilanjutkan dengan 'maaf lahir dan batin.'
Arwani Faishal, anggota komisi Fatwa, MUI, mengatakan 'Minal aidin wal faizin' yang berarti "semoga kita termasuk orang-orang yang kembali ke jalan yang benar atau ke jalan Allah dan termasuk orang yang beruntung atau berbahagia," bermula dari dakwah para pedagang Arab.
"Kalimat itu di suatu kawasan Melayu seperti Indonesia, Malaysia sangat populer. Ini bukan dari Nabi (Muhammad), tapi itu ucapan selamat dan secara tekstual adalah doa," kata Arwani.
"Di Indonesia populer di awal-awal semaraknya Islam, yang didakwahkan oleh para pedagang Arab...Yang menyebarkan Islam, yang menjadi panutan banyak orang, tentu diikuti oleh jemaahnya, masyarakatnya, penganutnya dan dari tahun ke tahun itu diikuti dan populer."
"Itu doa baik, boleh diikuti terus menerus, tapi tak berarti hanya kalimat itu saja, mungkin suatu ketika nanti muncul ide kalimat lain selain minal aidin wal faizin. Ini praktis dan puitis sehingga sangat mengena," tambahnya.
Dan bagaimana dengan lanjutan kalimat, maaf lahir batin?
Ied Mubarak di dunia Arab
Arwani menyebutkan ini terkait syariat di mana Nabi (Muhammad) menyebut Ramadan adalah bulan yang berkah, "Allah memberi rahmat kepada para hambanya, Allah mengampuni dosa-dosa hambanya."
"Terkait dengan Allah mengampuni...maka muncullah gagasan yang bagus setelah Ramadan perlu minta maaf kepada sesama manusia. Diwujudkan dengan bertemu dan minta maaf."
Ucapan lain terkait Idulfitri adalah Taqabbalallahu minna wa minkum, yang "merupakan tradisi di dunia Islam," kata Arwani.
Arti ucapan ini adalah, "Semoga Allah menerima amal soleh kita dan kamu semua. Itu menurut suatu riwayat disampaikan oleh sahabat Nabi (Muhammad) kepada sahabat yang lain setelah Rasulullah wafat, itu bagian dari tradisi di dunia Islam," tambanya.
Di dunia Arab, ucapan selamat hari raya, menggunakan kata-kata Ied Mubarak, atau Idulfitri yang memberkahi.
"Ini ada kaitannya dengan sabda Nabi yang menyebut datanglah Ramadan, bulan yang memberkahi. Kalau Ramadan memberkahi, kesimpulannya Ied juga memberkahi dan muncullah Ied Mubarak," kata Arwani.
Berita ini sebelumnya ditayangkan pada BBC Indonesia berjudul Selamat Idul Fitri dan tradisi 'Minal Aidin Wal faizin' yang berasal dari dakwah pedagang Arab
Deretan Jurus Ampuh Hadapi Pertanyaan 'Kapan Kawin' saat Lebaran, Bisa Bikin Tak Berkutik
"Kapan menikah?"
Pertanyaan tersebut bagai momok yang menghantui pria dan wanita, notabene sudah bekerja dan berusia cukup matang, tetapi masih membujang, saat ada pertemuan keluarga besar.
Misalnya, pada Hari Raya Idulfitri yang sebentar lagi akan tiba.
Pada momen tersebut, biasanya dijadikan ajang bagi umat muslim di Indonesia untuk bersilahturahmi ke kerabat dan sanak saudara.
Nah, pada saat itulah, pertanyaan soal kabar, dan kapan menikah pun jadi hal yang tak terlewat.
Psikolog klinis di Ad Familia Indonesia Mona Sugianto mengatakan, pertanyaan kapan menikah merupakan hal biasa pada kebudayaan timur.
Apalagi bagi masyarakat Indonesia, menikah adalah status yang penting.
Masalahnya, lanjut Mona, masing-masing orang punya jalan hidup berbeda.
Ada yang belum mau menikah, dan ada juga yang ingin tetapi belum mendapatkan pasangan.
“Pertanyaan kapan menikah itu adalah pertanyaan biasa, hanya saja ada orang yang merasa sensitif karena merasa terancam,“ kata Mona saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/6/2017).
Ketika orang merasa terancam, ujar Mona, yang muncul adalah mekanisme bertahan.
Dia ingin melindungi diri supaya harga diri sebagai manusia tidak terusik oleh pertanyaan itu.
Tiga tipe orang merespons
Mona membagi tiga tipe kepribadian orang dalam merespons pertanyaan kapan menikah.
Pertama, adalah mereka yang menjawab dengan ringan atau easy going.
Kata Mona, orang berkepribadian seperti ini biasanya tidak akan ambil pusing dengan pertanyaan tersebut.
Menurut orang tipe ini, menikah atau tidak menikah tidak akan mempengaruhi dirinya.
Kedua, adalah tipe penghindar.
Mona mengidentifikasi orang-orang seperti ini sebisa mungkin akan menghindar dari pertanyaan tersebut.
“Apakah dengan pura-pura sakit ketika kumpul dengan keluarga atau tidak datang. Bisa pula mereka hanya menghindari orang-orang tertentu yang dianggapnya rese,“ kata Mona memaparkan.
Ketiga, yaitu pribadi yang melawan.
Tipe orang seperti ini biasanya tidak akan menghindar tetapi menjawab dengan agresif, yaitu emosi atau marah.
Tips menjawab
Dari ketiga tipe tersebut, calon doktor dari Universitas Padjajaran ini mengatakan bahwa menjawab dengan ringan adalah cara terbaik menjawab pertanyaan kapan menikah.
Nah, Mona pun memberikan tips agar orang yang belum menikah bisa menjawab dengan penuh humor atau easy going.
Pertama, dia meminta mereka untuk berpikiran positif terhadap penanya.
Anggap saja orang tersebut tidak berniat jahat tetapi punya maksud positif.
“Kalau Anda melihat diri (Anda) sendiri sebagai sasaran untuk dipermalukan tentu akan menyakitkan sehingga mendorong (Anda) untuk agresif atau menghindar,” ujar Mona.
Akan tetapi kalau Anda mempersepsikan si penanya sebagai orang iseng tentu tidak akan membuat diri merasa tidak diserang secara pribadi.
Kedua, mempersiapakan jawaban.
Dengan begitu, kata Mona, Anda sudah punya banyak alternatif jawaban saat ditanya keluarga dan kerabat kala pertanyaan tersebut datang.
Bila sudah tahu cara menangkalnya, tak perlu khawatir.
Jangan sampai kemenangan di Hari Raya Idulfitri nanti sampai terusik hanya gara-gara pertanyaan itu.
Selain itu, Anda juga bisa menanggapinya menggunakan senyuman dan meminta keluarganya untuk mendoakan yang terbaik bagi dirinya.
Bertutur kata lembut dan sopan juga sangat penting untuk menghindari penilaian-penilaian negatif orang lain.
Jawaban yang agak kasar dapat memunculkan persepsi negatif bagi orang lain.