Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

MIWF 2017

Sapardi dan Ananda Sukarlan, Bunyi ke Aksara, Kata ke Nada

"Lewat musik saya bisa mengintrepretasi puisi, karena saya belum bisa lebih memahami puisi itu sampai saya mendengarnya lewat musik,"kata Ananda.

Penulis: Anita Kusuma Wardana | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUN TIMUR/ MUH ABDIWAN
Rangkaian MIWF 2017 bertajuk Singing Your Poetry di Grazioso Music School, Kamis (18/7/2017). 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Anita Wardana

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Ananda Sukarlan adalah salah satu komposer dan pianis kenamaan Indonesia yang senang menggubah puisi menjadi sebuah musik.

Beberapa karya puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono hingga penyair muda Adimas Immanuel, Di Hadapan Rahasia sudah ia alihwahanakan ke dalam lagu.

Baca: Gandeng Ananda Sukarlan, Adimas Immanuel Luncurkan Di Hadapan Rahasia

Bahkan, sebelum menggubah karya penyair Indonesia, Ananda sudah pernah mengalihwahanakan karya penyair-penyair klasik, seperti yang ada dalam film Dead Poet Society.

Baginya, membuat musik dari karya puisi merupakan intrepretasinya terhadap puisi itu sendiri. Mengutip salah seorang komposer Italia, Ananda menilai musik adalah bentuk seni yang tidak sempurna karena sudah melewati beberapa interpretasi.

Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam rangkaian MIWF 2017 bertajuk Singing Your Poetry di Grazioso Music School, Jl Onta Lama Makassar, Kamis (18/7/2017).

Acara yang dipandu penulis Krisna Pabichara tersebut turut menghadirkan maestro puisi Sapardi Djoko Damono dan kelompok seni Poemuse yang akan menyajikan musikalisasi puisi bertajuk 'Senandika' di Fort Rotterdam.

Baca: Pertama Kali, Manuskrip Sajak Sapardi Djoko Damono akan Dipamerkan di Rumata

Menurut Ananda, saat menuliskan ke dalam musik, seorang komposer harus memikirkan segala aspek mulai dari not-not itu sendiri maupun tempo.

Not-not yang sudah ditulis harus diintrepretasi lagi oleh musikus kemudian dimainkan lagi, itu berulang lagi. Sedangkan kalau puisi langsung berkomunikasi dengan publik.

"Lewat musik saya bisa mengintrepretasi puisi, karena saya belum bisa lebih memahami puisi itu sepenuhnya sampai saya mendengarnya lewat musik,"kata Ananda.

Baca: Ananda Sukarlan Cari Bakat Pianis Muda di Makassar

Namun bagi Sapardi, puisi yang ia tulis adalah bunyi-bunyian yang ia gambar dalam aksara. Menurutnya, ia menulis untuk merekam bunyi-bunyian yang ada di kepalanya.

"Kalau saya hanya sampaikan bunyi-bunyian itu dalam bentuk lisan tak ada sisanya, tak ada residu. Makanya saya alihkan menjadi gambar, ya aksara itu,"katanya.

Penulis Hujan di Bulan Juni ini pun tak mempermasalahkan puisi-puisi yang dimusikalisasi, termasuk puisi karangannya, seperti yang dilakukan Ananda Sukarlan maupun komposer lainnya

"Karena kata-kata itu belum cukuplah jika tidak dikembalikan lagi dalam lagu,"katanya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved