Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Deng Ical Curhat di Seminar Internasional IMDI-UIN

" ...ini kali pertama saya mendapati seminar yang menyedot banyak perhatian dari berbagai pihak, khususnya lembaga lintasagama,” ujar Suardi Hudin

Editor: AS Kambie
COURTESY: Ikbal Syihab
Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal MI bersama panitia seminar nasional kebangsaan di Kampus UIN Alauddin, Samata, Gowa, Selasa (25/4/2017). 

Ikbal Syihab
Pengurus IMDI
Melaporkan dari Gowa

Ikbal Syihab
Ikbal Syihab (dok.tribun)

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal, menyampaikan curahan hati (curhat) saat sambutan dalam Seminar Nasional Kebangsaan di Kampus Samata, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Gowa, Selasa (25/4/2017).

Seminar bertema Penerapan Sistem Pendidikan Agama-agama dalam Membangun Pendidikan Moral Demi Tercapainya Masyarakat Madani itu digelar Ikatan Mahasiswa DDI (IMDI) Cabang Makassar bekerja sama dengan Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama Angkatan 2014 UIN Alauddin.

Deng Ical, sapaan Syamsu Rizal, curhat sambil menjelaskan hasil survei 29 kota Islami di Indonesia versi MAARIF Institue. Survei ini menujukkan, Makassar berada di urutan trakhir, 29 dengan angkat 51, 28, dalam indek kota islami.

“Posisi ini sangat jauh di bawah Yogjakarta di urutan pertama disusul Bandung dan Denpasar. Jadi Denpasar itu lebih islami daripada Makassar. Padahal di Makassar ada IMDI, ada PMII, ada IMM, ada Ansor, dan sebagainya,” jelas Deng Ical.

Pun dalam skala dunia, Indonesia berada di urutan 123 sangat jauh berada di bawah Swiss yang berada di urutan pertama disusul Perancis dan Amerika Serikat.

“Banyak negara sudah mengakui bahwa nilai-nilai Islam yang paling baik, namun belum bisa dijadikan nilai-nilai kebersamaan. Di Perancis, misalnya, para orangtua mengajarkan agar anak-anak mereka diberikan pendidikan mengatre. Kenapa? karena ketika kita sudah memahamai budaya mengantre ada banyak hal yang dapat kita ketahui seperti sabar, jujur, dan menghargai,” jelas Deng Ical.

Selain itu, pendidikan mengatre, menurut Deng Ical, juga mengajarkan kesetaraan hak tidak mengenal tua muda, kaya miskin, dan Islam dan agama-agama lain.

Seminar dihadiri delapan narasumber yang mewakili beberapa agama dan aliran kepercayaan. Hadir, Pengajar Sejarah dan Kajian Amerika Universitas Sounthern California Connie Ge, Ketua Lembaga Tarbiyah PB DDI Saiful Jihad MAg, Rektor Sekolah Tinggi Teologia INTIM Makassar Pendeta Mitis Harsono M TH, Rektor Universitas Katolik Atma Jaya Makassar Drs Felix Layadi LIC TH, dan Wakil Ketua Walubi Sulsel Ir Yonggris MM.

Seminar dipandu Moderator Syamsul Arif Galib M A

Ketua IMDI Kota Makassar, Suardi Hudin, menjelaskan, Pasal 2 Ayat 1 UUD No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS mengamanatkan bahwa setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

“Di beberapa sekolah atau wadah pendidikan mungkin telah memenuhi undang-undang tersebut, tapi hanya sebagian kecil dari sekian banyaknya wadah berbasis pendidikan di Indonesia. Seharusnya ini menjadi kewajiban pemerintah untuk dapat mengejawantahkan undang-undang ini,” jelas Suardi.

Menurutnya, hak mendapatkan pelajaran Agama memang hak orangtua dan siswa, hak-hak sebagai warga negara harus dijamin oleh pemerintah,” jelas Suardi.

“Sepanjang saya bergelut di organisasi, ini kali pertama saya mendapati seminar yang menyedot banyak perhatian dari berbagai pihak, khususnya lembaga lintasagama,” ujar Suardi.

Lelaki yang pernah menjabat Ketua Komisariat IMDI UIN Alauddin Makasar itu mengaku terkejut dengan banyaknya peserta yang hadir dalam seminar yang bertujuan untuk menciptakan suasana damai antarumat beragama di Indonesia, khususnya Sulsel.

Ketua Panitia Muh Nawir Mansur, mengatakan, sebanyak 517 peserta yang melakukan registrasi. “Kami selenggarakan untuk mengajak kepada masyarakat tentang betapa pentingnya pendidikan agama terhadap peserta didik untuk membangun moral bangsa, kasus penistaan agama, mencemari nilai dan posisi agama demi kepentingan politik agar kiranya tidak terulang lagi,” kata Nawir.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved