Bendungan Karalloe Langsung Dikebut BBS Pompengan
Progres pengerjaan fisik bertambah dari 12 persen menjadi 13 persen pengerjaan.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Suryana Anas
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pasca ditinjau Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Basuki Hadimoejono pada pekan lalu, Balai Besar Sungai (BBS) Pompengan Jeneberang langsung mengebut pengerjaan proyek Bendungan Karalloe di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Kepala BBS Pompengan Jeneberang Agus Setiawan mengatakan pasca ditinjau Menteri PUPR, proyek Bendungan Karalloe terus dikebut timnya.
Progres pengerjaan fisik bertambah dari 12 persen menjadi 13 persen pengerjaan.
Baca: Soal Bendungan Karalloe, Kepala BBS Pompengan Jeneberang Puji SYL
Baca: VIDEO: Ini Target SYL Jika Bendungan Karalloe Beroperasi
"Alhamdulilah pengerjaan dilapangan terus berjalan, kami juga berupaya menyelesaikan proyek ini sebelum target yang ditetapkan bersama pihak ketiga," ujar Agus, Selasa (25/4/2017).
Pihak ketiga yang mengerjakan proyek ini yaitu PT Nindya Karya.
Agus menyebutkan pihaknya menarget proyek ini selesai pada Desember 2019 mendatang.
Olehnya itu, ia berharap dukungan seluruh pihak khususnya masyarakat setempat agar proyek bendungan ini berjalan dengan lancar.
Agus mengungkapkan pihaknya saat ini tidak menemukan kendala di lapangan.
"Setelah proses pembebasan lahan, tidak ada lagi kendala dilapangan," tambahnya.
Terpisah, Kepala Satker Pembangunan Bendungan BBS Pompengan Jeneberang Ansar mengatakan hal yang sama.
"Setelah dilakukan pembebasan lahan pada Maret lalu, tidak ada lagi persoalan dilapangan, khususnya protes warga," ujar Ansar.
Bendungan Karalloe ini berada di Kabupaten Gowa namun manfaatnya sebagian besar akan dinikmati oleh masyarakat Kabupaten Jeneponto.
Terkait dengan hal tersebut, Ansar menjelaskan bahwa Bendungan Karalloe sengaja dibangun di Karalloe karena memiliki potensi yang sangat besar.
Potensi itu yakni penampungan airnya bisa memiliki daya tampung 40 juta kubik.
Manfaatnya pun kata Ansar sangat besar, dengan daya tampung 40 juta kubik, itu bisa memberikan air irigasi ke ratusan hektar lahan pertanian.
"Jadi di terowongan ini kita siapkan khusus untuk jalur irigasi, ini diluar dari daya tampung air yang kita miliki," katanya.
Untuk terowongan akan di lalui 14,4 meter kubik perdetik. "Kalau ini sudah efektif, Kabupaten Jeneponto tidak lagi kekeringan. Ya bisa dikatakan tidak lagi merasakan krisis air," ujarnya.
Lanjut Ansar, proyek yang menghabiskan uang negara sebanyak Rp 80 miliar untuk pembebasan lahan ini digarap mulai 2013.
Hanya saja proyek ini sempat tertangguhkan 3 tahun karena persoalan lahan. Namun setelah dilakukan mediasi oleh Pemda Gowa akhirnya warga sepakat Maret 2017 kemarin.
Saat ini, atau pembangunan fisiknya Kementrian PU kembali genjot dana pembangunan lanjutan Bendungan Karalloe sebanyak kurang lebih Rp 500 miliar.
"Kita juga lakukan konsinyasi waktu itu. Yang di konsunyasi sebanyak 112 pemilik dengan luas lahan kurang lebih 77 hektar dengan nilai anggara Rp 29 miliar," katanya.
Sedangkan luas lahan seluruhnya 139,03 hektar tanah kurang lebih 60 persen dari total lahan kareloe.
"Dananya Rp 48,32 miliar lebih banyak yang merelakan tanahnya untuk dibangunkan Bendungan," Ansar menambahkan.
Fokusing pengerjaan saat ini ia ungkapkan berlangsung di terowongan dan tubuh bendungan.
"Untuk 2018 kami akan rampungkan terowongan dan tubuh bendungan," katanya. (*)