Sungguh Haru! Ayah Cacat Berprofesi Pengemis Menabung Dua Tahun untuk Lakukan Ini
Bagi mereka yang berduit, membeli baju baru ibarat membeli permen. Tapi orang yang tak berpunya seperti pengemis, hal itu sangat bertolak belakang.
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR--Bagi mereka yang berduit, membeli baju baru ibarat membeli permen. Tapi orang yang tak berpunya seperti pengemis, hal itu sangat bertolak belakang.
Mereka perlu menahan lapar dan haus serta bekerja lebih keras lagi untuk sebuah target kecil sekalipun.
Baca: Selisih Usia 54 Tahun, Begini Cerita Oma Martha Kenalan dengan Sofian Lalu Menikah
Baca: Gadis Australia Masuk Islam di Depan Zakir Naik, Satu Keluarga Digorok, Cerita Kanker Bunuh Artis

Baca: Telepon Diktator Nazi Hitler Penyebab Kematian 50 Juta Nyawa, Laku Rp 3,3 M
Seorang pengemis di Bangladesh ini harus menabung dua tahun agar bisa membeli baju baru untuk putrinya.
Berapa harga baju itu? Hanya 600 taka (mata uang Bangladesh) atau Rp 99.235.43,-
Kisah haru biru ini diunggah fotografer GMB Akash di Facebook memperlihatkan foto si ayah dan putrinya.
Dalam postingan tersebut, pemilik akun juga menjelaskan kronologi musibah menimpa pria tersebut hingga menjadi cacat serta perjuangannya sehari hari untuk membahagiakan anaknya.
Berikut kisah lengkapnya si pengemis yang bikin mata berkaca-kaca. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa melayu:
"Kemarin, saya berhasil beli baju baru untuk anak perempuan saya setelah dua tahun. Dua tahun lalu, ketika saya menyerahkan 65 taka (setara Rp 10.750,50,-) kepada penjual, dia menjerit ke arah saya bertanya, apakah saya ini seorang pengemis. Anak saya pegang tangan saya dan menangis mau meninggalkan toko itu sambil berkata, dia tidak mau membeli baju baru. Saya menghapus air matanya dengan sebelah tangan.
Ya, saya seorang pengemis. Sepuluh tahun lalu saya tak pernah menyangka akan meminta-minta duit dari orang. Satu malam bus terjatuh dari sebuah jembatan dan tidak mengira saya masih hidup. Saya masih hidup tetapi cacat. Anak lelaki bungsu saya selalu tanya di mana tangan kiri tertinggal. Anak perempuan saya, Sumaiya, pula selalu menyuapi saya setiap hari dan berkata dia tahu betapa sulitnya bekerja sebelah tangan.
Setelah dua tahun (hari ini), anak perempuan saya memakai baju baru. Sebab itu saya bawa dia bermain sebentar. Mungkin saya langsung tidak dapat duit hari ini, tapi saya mau bermain sebentar bersama anak kecil saya. Diam-diam, saya pinjam ponsel tetangga tanpa memberitahu istri saya. Anak perempuan saya tidak pernah difoto dan saya mau buat hari ini menjadi hari yang istimewa buatnya. Jika satu hari nanti saya mampu beli ponsel, saya akan ambil banyak foto anak-anak saya. Saya akan simpan semua kenangan manis.
Sulit untuk memasukkan anak saya ke sekolah, tapi saya sendiri yang mengajar mereka. Kadang-kadang mereka tidak diperbolehkan ikut ujian karena untuk membayar iurannya kadang-kadang mustahil buat saya. Pada hari itu, saya akan beritahu mereka, kadang-kadang kita sudah lulus, karena ini ujian yang kita lalui setiap hari.
Sekarang saya akan pergi mengemis. Saya akan minta anak saya menunggu di satu tempat. Saya akan melihatnya dari jauh ketika saya mengemis. Saya rasa malu bila dia tengok saya apabila saya tadah tangan kepada orang lain. Tapi dia langsung tidak meninggalkan saya seorang diri. Karena ada bus besar dan dia fikir kemalangan boleh berlaku lagi. Mobil-mobil bisa menabrak dan saya akan mati.