Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Warga Tewas Ditelan Ular

Flashback, Mbah Mijan 'Lihat' Akbar Alami ini saat Detik-detik Jelang Ditelan Ular Piton

Sementara itu, warga Desa Salubiro, sempat mendengar teriakan dari kebun sawit sebelum Akbar ditemukan di perut ular piton.

Editor: Edi Sumardi
TRIBUNNEWS.COM/HAND OVER/REPRO
Mbah Mijan dan tubuh Akbar saat dikeluarkan dari perut ular piton. 

Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. 

Bergantung pada air

Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999).

Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.

Makanan utama

Makanan utama sanca batik adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak.

Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan.

Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999).

Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.

Cara sanca batik melumpuhkan mangsa

Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas.

Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya.

Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.

Setelah makan besar lalu puasa puluhan bulan

Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali.

Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997).

Cara menyelamatkan diri

Ada dua benda yang terlihat sepele tetapi sangat berguna untuk terhindar dari serangan ular, menurut peneliti reptil dan amfibi dari Insitit Pertanian Bogor (IPB), Mirza D Kusrini.

Benda tersebut adalah topi dan korek api.

Menggunakan topi rimba maupun topi tani saat berada di hutanbisa menyelamatkan nyawa dari serangan piton.

Alasannya piton biasanya berada di atas pohon.

Piton biasanya akan menjatuhkan diri dari pohon-pohon yang tinggi dan mengincar kepala terlebih dahulu sebelum melilit.

Mirza menambahkan penting juga saat berjalan untuk melihat ke atas, mewaspadai keberadaan piton.

Selain topi jangan lupa siapkan korek api.

Caranya dengan membuat api unggun di sekitar Anda, hal ini bisa mencegah datangnya hewan buas termasuk ular mendekat.

Jangan ganggu

Hal penting lainnya yakni jangan mengganggu.

Ular pada umumnya merupakan hewan pasif.

Jika manusia menghindar, maka ular tidak akan mengejar seperti singa.

Jangan sendirian di hutan

Pakar ular dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, menjelaskan warga tidak perlu takut berlebihan.

"Tak perlu takut, hanya saja perlu lebih waspada bila berhadapan atau masuk ke wilayah yang mungkin menjadi habitat sanca batik tersebut," katanya.

"Cara menghadapinya, jangan sendiri kalau di hutan," kata Amir saat seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (30/3/2017).

"Piton tidak mungkin di-handle 1-2 orang. Bau-bauan menyengat bisa menghindarkan ular, tetapi untuk ular besar saya ragu."

Hindari rawa pohon besar dan pelihara anjing

Selain itu, Amir menyarankan menghindari rawa pohon besar sebab mungkin menjadi tempat persembunyian ular.

Bagi warga yang sehari-hari tinggal di sekitar hutan, memelihara anjing adalah salah satu cara waspada.

Anjing lebih peka dengan keberadaan ular sehingga bisa membantu manusia.

Namun sebenarnya, langkah paling penting untuk dilakukan adalah menjaga lingkungan.

Saat ini, manusia dan ular sebenarnya menempati relung habitat yang berbeda.

Jadi, kecil kemungkinan ular seperti piton masuk ke habitat manusia bila habitatnya tak diganggu.

Penting pula untuk tidak membunuh mangsa piton.

Masing-masing makhluk hidup punya peran dalam habitatnya.

Bila manusia membunuh mangsa piton, maka piton pun akan mencari alternatif.  

Akibatnya, manusia juga akhirnya yang bisa jadi korbannya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved