opini
IMM Mengabdi untuk Ummat
Catatan Refleksi Milad Ke-53 Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
(Refleksi Milad Ke-53 Gerakan IMM)
Oleh: Ahmad
Ketua IMM Sulsel 2014-2016
Perjalanan yang begitu panjang telah mengantarkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada usia 53 tahun. Usia yang sudah tua dalam mengarungi perjalanan atas dinamika keummatan dan kebangsaan.
Kemarin, 14 Maret 2017, IMM diperingati hari lahirnya. IMM lahir sebagai organisasi kemahasiswaan Islam dari tubuh perserikatan Muhammadiyah dengan maksud antara lain turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa.
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. Sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha perserikatan Muhammadiyah.
Juga melakukan pembinaan, meningkatkan dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca juga: Opini: Belajar dari Lampu Merah
Sejarah telah mencatat hadirnya IMM sebagai salah satu organisasi kemahasiswan yang bergerak dalam tiga ranah yang disebut Trilogi Gerakan IMM yaitu Gerakan kemahasiswaan, Gerakan Keagamaan dan Gerakan Kemasyarakatan.
IMM menjadikan trilogi gerakannya sebagai penerjemahan dalam merespon persoalan keummatan dan kebangsan saat itu.
Formulasi gerakannya tidak jauh dari apa yang sudah dilakukan oleh induknya Muhammadiyah, yang hadir sebagai gerakan sosial keagamaan dalam menyelesaikan persoalan keummatan.
IMM sebagai anak kadung Muhammadiyah mesti meneruskan apa yang telah ditorehkan induknya terutama dalam dunia gerakan kemahasiswaan.
Kita ibaratkan IMM adalah Muhammadiyah kecil dalam konteks kemahasiswan karena menerjemahkan apa yang telah diukir oleh KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah.
Usia 53 tahun IMM adalah usia yang sangat matang bahkan sudah tua dalam mengarungi dinamikan kebangsaan dan keummatan.
Peran IMM telah menjadi bagian dari misi perserikatan Muhammadiyah.
IMM telah melewati berbagai rezim, mulai orde lama, orde baru, sampai reformasi. Tentunya akan berbeda situasi saat masa awal berdirinya IMM.
Era demokrasi telah membawa banyak perubahaan dan kalau IMM kaku dan tidak responsif atas situasi saat ini, maka kita akan kehilangan karakter sebagai organisasi gerakan kemahasiswaan Islam.
Kini era kemajuan teknologi informasi yang membuat akses mudah dan cepat. Di satu sisi kemajuan itu telah merubah paradigma dan pola perilaku manusai akan pesatnya media sosial.
IMM tidak hanya berhadapan dengan sebuah rezim tapi juga akan berhadapan dengan berita dan informasi ‘hoax’ yang dapat meme
cah belah ummat lewat kecanggihan medsos.
Zaman Inilah yang diwanti-wanti KH Ahmad Dahlan. Karena itu dia mempersiapkan kadernya untuk melintasi zaman bukan sekadar menjalan kehidupan ini dengan menghabiskan jatah umur.
Pikiran besar Ahmad Dahlan dalam menggagas pendidikan walaupun banyak mendapat tantangan dan penentang karena dianggap "kebaratbaratan" telah membuka mata zaman akan situasi hari ini.
Gerakan tajdid atau pembaharuaan adalah sebuah keharusan untuk menjawab masa depan.
Itulah yang dilakukan pendiri Muhammadiyah yang mesti menjadi ajang reflesi IMM pada usianya yang ke-53 tahun.
Kondisi Kebangsaan
Kondisi berbangsa dan bernegara hari ini, telah meresahkan semua komponen. Terutama IMM sebagai bagian dari bangsa ini.
Sikap dan grand desain akan menentukan derap langkah IMM atas merosotnya bidang kehidupan, di mana situasi politik yang tidak menentu.
Juga hukum yang mudah dibeli. Ekonomi yang dikendalikan oleh kelompok tertentu. Budaya yang tergerus oleh paham sekulerisme.
Akhlak sebagian elite bangsa yang makin bobrok serta persoalan kepemimpinan yang kehilangan karakter profetik yang membuat bangsa ini amburadul.
Betapa tidak, ulama menjadi sasaran penguasa karena berteriak lantang membela kebenaran.
Atas itu semua telah melahirkan konflik dan ketimpangan sosial dibangsa ini, yang kuat akan menindas yang lemah karena negara alpa atas apa yang menimpa rakyat.
Situasi kebangsaan diatas telah menguras energi bangsa dan harus direspon dengan cepat tepat oleh IMM. IMM harus mendorong kadernya terlibat menjawab dan menyelesaikan kondisi diatas.
Pada miladnya yang ke-53, paling tidak ada beberapa point yang perlu direflkleksikan IMM. Pertama, grand desain pengkaderan IMM harus menjawab arah masa depan bangsa serta banyak melahirkan negarawan.
Kedua, IMM harus mengkosolidasikan kadernya untuk menjadi bagian dari negara dengan menyiapkan proposal politiknya pada masa mendatang.
Ketiga, kader-kader IMM disiapkan menjadi pengusaha, politisi, advokat, ekonom, budayawan dan akademisi untuk merekonstruksi nalar berbangsa dan bernegara.
Semoga apa yang menjadi ikrar perjuangan senantiasa terpatri pada diri kader IMM untuk meneruskan risalah kenabian dan menjadi garda terdepan menyelesaikan persoalan ummat.
Kedepan kader harus lebih massif dan progresif dalam memainkan perannya dan mengambil bagian dalam semua lini kehidupan agar tercipta cita-cita Muhammadiyah dalam menjadikan masyarakat Islam yang sebenarbenarnya sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam.
IMM sebagai lokomotif perubahan mesti menjadikan nilai dasar perjuangan sebagai sprit dalam meretas persoalan kebangsaan hari ini.
Segala bentuk ketidak adilan, kesewenangwenangan, dan kemungkaran adalah lawan IMM.
Itulah mesti menjadi karakter kader dalam menghadapi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Jayalah Ikatanku dalam mengembang amanah ummat dan perserikatan, mengabdi untuk kejayaan Islam dan membumikan gerakan pembebasan atas kebodohan dan penindasaan. (*)