Astaga! Ramlan Butar Butar Pincang Sebelum Bunuh Dodi Triono, Sebabnya Amat Menyedihkan
Polisi mengetahui mereka sebagai pelaku walaupun berusaha menghilangkan jejak karena rekaman dari CCTV di rumah korban.
TRIBUN-TIMUR.COM - Dua orang perampok dan pembunuh sadis di rumah arsitek, kontraktor, pengusaha Dodi Triono (59) di Jalan Pulomas Utara nomor 7A, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, berhasil ditangkap di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (28/12/2016).
Keduanya adalah Ramlan Butarbutar dan Erwin Situmorang.
Polisi mengetahui mereka sebagai pelaku walaupun berusaha menghilangkan jejak karena rekaman dari CCTV di rumah korban.
Dalam rekaman tersebut terlihat jelas Ramlan.
Bagi polisi, Ramlan sangat mudah dikenali sebab pernah menjadi residivis kasus serupa serta ada satu ciri khas.
Ciri khasnya, yakni pincang saat jalan kaki.
Pincangnya Ramlan bukan karena ditembak polisi, tapi ada satu cerita menyedihkan.
"Yang bersangkutan pincang kalau jalan karena punya penyakit ginjal," kata Kapolda Metro Jaya, Irjen Mochamad Iriawan
Kemarin, polisi terpaksa melumpuhkan kaki Ramlan sekaligus pemimpin komplotan perampok dan terduga otak pembunuhan menggunakan tembakan karena berusaha melawan saat ditangkap.
Kronologis Pembunuhan
Warga Pulomas, Selasa pagi, tiba-tiba dibuat geger.
Warga bersama polisi menemukan 11 orang dengan posisi saling bertumpukan di dalam kamar mandi sebuah rumah mewah.
Para korban tersebut disekap di dalam kamar mandi berukuran 1,5 meter x 1,5 meter persegi.
Akibatnya, enam orang tewas karena diduga kekurangan oksigen.
Sementara itu, lima orang lainnya selamat, tetapi harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Rumah mewah bergaya minimalis tersebut milik seorang pengusaha yang bergerak di bidang properti.
Dodi menjadi salah seorang korban yang tewas dalam kasus ini.
Kasus ini pertama kali terbongkar dari laporan Sheila Putri.
Dia merupakan teman salah satu anak Dodi yang bernama Diona Arika (16).
Pada Selasa (27/12/2016), sekitar pukul 09.30 WIB, Sheila memutuskan ke rumah Dodi karena Diona tak bisa dihubungi sejak Senin (26/12/2016) sore.
Padahal, keduanya berencana untuk jalan-jalan pada hari Senin itu.
"Tadi pagi (Sheila) ke sini ternyata enggak ada jawaban dan pintu tidak terkunci. Sampai dia masuk ke dalam, ada rintihan di kamar mandi. Karena cewek, dia takut, berlari, langsung mencari bantuan ke sekuriti," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono di lokasi kejadian, Selasa.
Setelah mengadu ke sekuriti, akhirnya diputuskan untuk melapor ke polisi yang berada di Pos Kayu Putih.
Kemudian, polisi menemani Sheila untuk mengecek keadaan di rumah Diona.
Mendengar ada rintihan di dalam kamar mandi, akhirnya polisi bersama warga mencoba membuka paksa pintu kamar mandi yang terkunci dari luar.
Setelah pintu didobrak, polisi bersama warga di lokasi kejadian terkejut saat melihat isi di dalam kamar mandi.
Dalam kamar mandi itu, terdapat 11 korban dalam kondisi bertumpuk satu sama lainnya.
Setelah dievakuasi, lima orang tewas di tempat, sedangkan satu orang lainnya tewas di rumah sakit.
Adapun kelima korban yang tewas di lokasi adalah Dodi Triono (59), Diona Arika (16) anak pertama Dodi, Dianita Gemma (9) anak ketiga Dodi, Amelia Callista (10) yang merupakan teman dari Dianita, serta Yanto, sopir Dodi.
Sementara itu, korban yang tewas saat di rumah sakit adalah Tasrok yang juga merupakan sopir Dodi.
Adapun korban yang selamat adalah Zanette Kalila (13) anak kedua Dodi, Emi (41), Santi (22), dan Fitriani (23) serta Windy (23), yang merupakan pembantu rumah tangga.
"(Pelaku masuk) sekitar pukul 15.00 sore, kemudian kemarin pagi-pagi (kasus pembunuhan itu) baru diketahui temannya korban," kata Argo.
Sejauh ini, polisi masih menyimpulkan kasus tersebut murni pembunuhan.
Sebab, jika disertai perampokan, polisi hingga saat ini belum menemukan barang berharga yang hilang di rumah berlantai 2 tersebut.(*)