Ini Permintaan Sekaligus Kritik Ketua Umum Hipmi ke Pemerintah
Ia menyebut, rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia disebabkan beragam faktor. Salah satunya persoalan regulasi.
Penulis: Nurul Adha Islamiah | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur Nurul Adha Islamiah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) terus mendorong lahirnya wirausaha baru di berbagai wilayah Indonesia melalui program sejuta pengusaha.
Hal ini sejalan dengan program pemerintah pusat yang menargetkan lahirnya pengusaha hingga menyentuh angka 2 persen.
"Saat ini jumlah pengusaha di Indonesia hanya 1,6 persen. Angka ini sangat kecil dibandingkan negara Asean lainnya. Misalnya Singapura 7 persen, Malaysia 4,5 persen, Vietnam 3 persen dan negara lainnya," ucap Ketua Umum Hipmi Bahlil Lahadalia, di Makassar, Minggu (18/12).
Ia menyebut, rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia disebabkan beragam faktor. Salah satunya persoalan regulasi.
"Regulasi kita belum mampu mendorong sepenuhnya lahirnya wirausaha baru. Pemerintah kurang 'greget' dalam memberi dukungan kepada Wirausaha," jelasnya.
Selain itu, Hipmi meminta komitmen pemerintah dalam menyaring tenaga kerja asing yang masuk agar diperketat.
"Kita tidak anti asing, tapi kita siap menjadi garda terdepan dalam kedaulatan ekonomi. Pemerintah harus lebih jeli lagi mendatangkan tenaga kerja asing. Kalau dia pengusaha silakan berinvestasi, ikuti aturan main, dan sisihkan 20 persen penerimaan tenaga kerja lokal agar masyarakat tidak jadi penonton di daerahnya," ungkap Bahlil.
Kata dia, investasi memiliki dua tujuan utama. Pertama, memajukan ekonomi daerah tersebut, kedua menciptakan lapangan kerja baru. Nah, melalui penciptaan lapangan kerja ini diharapkan pengusaha memberi ruang bagi pemuda di daerahnya untuk bekerja. (*)