Demo 4 November
Tak Ada Instruksi dari Majelis Pusat, KAHMI Makassar Tak Ikut Demo 4 November
Prof Pangerang Moenta mengatakan KAHMI kota Makassar tak turun karena tak ada instruksi dari Majelis Pusat.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Makassar juga tak akan ambil bagian dalam aksi unjuk rasa menuntut Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Jumat (4/11/2016) besok.
Ketua KAHMI Kota Makassar, Prof Pangerang Moenta mengatakan KAHMI kota Makassar tak turun karena tak ada instruksi dari Majelis Pusat.
"Instruksi yang ada itu cuma dari PB HMI saja sementara Majelis Nasional KAHMI tidak ada. Karena tak ada jadi kita tidak bisa turun, kalaupun ada yang turun itu masing-masing anggota dan tak membawa nama secara kelembagaan," kata Pangerang Moenta, Kamis (3/11/2016).
Ditanya terkait unjuk rasa 4 November, Guru Besar Unhas ini mengatakan ada dua kemungkinan skenario yang bisa terjadi.
Pertama, demo akan berjalan damai dan tertib kalau sasarannya istana negara. Alasannya, istana istana negara memiliki SOP yang bagus dan penjagaan dari aparat sangat ketat.
"Tapi kalau arah demonstrasi ke perumahan-perumahan atau kompleks perumahan, maka akan sangat rawan terjadi kerusuhan," kata dia.
Ia melanjutkan, kericuhan bisa saja terjadi apalagi jumlah aparat tidak sebanding dengan perkiraan jumlah massa yang akan berunjuk rasa.
"Jumlah pendemo ratusan ribu, sementara aparat hanya berapa, jadi tidak mungkin bsa dikontrol semua. Jika ada demonstran yang mengarah ke tempat-tempat tertentu itu bisa terjadi seperti kejadian tahun 1998," imbuhnya..
Sementara untuk kota Makassar, Pangerang mengatakan kemungkinan vesar akan tetap berjalan kondusif dan sampai terjadi kerusuhan.
"Makassar saya pikir tidak, paling tinggi sampai pembakaran motor, tjdak mungkin rusulah, apalagi massa kita sudah relatif dewasa. Aparat juga sudah memahami kondisi menghadapi demonstran," kata dia.
Ia melanjutkan, luncak masalah ini sebenarnya adalah membela sosok seseorang atau mempertaruhkan stabilitas NKRI.
"Itu pilihannya sekarang. Pemimpin kalau peka harusnya mengambil keputusan tepat agar stabilitas terjaga. Kalau salah mengambil keputusan ini bisa rusuh, tapi kalau tetap ini bsa menjaga keutuhan NKRI," tandasnya.
"Tapi saya berharap besok aksi demonstrasi di seluruh Indonesia tetap berjalan tertib dan damai serta hasilnya positif untuk bangsa dan negara," tutup dia. (*)