Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dulu Diduga Dilecehkan 4 'Wakil Rakyat', Kini Agatha Lily Dinikahi Ketua Komisi I DPR RI

Komisi I DPR memang bermitra dengan KPI, sehingga hubungan di antara Komisi I DPR dan KPI sangat dekat.

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Agatha Lily 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sebuah foto yang menggambarkan pernikahan mantan Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq dengan mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Agatha Lily beredar di dunia maya dengan cepat dan luas, Jumat (9/9/2016) malam.

Mahfudz Siddiq adalah politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sebelum foto pernikahan ini beredar, pernikahan antara Mahfudz Siddiq dan Agatha Lily sudah berhembus kencang.

[Pernikahan Mahfudz Siddiq dengan Agatha Lily. FOTO: HAND OVER]

Kabar pernikahan di antara kedua insan itu sudah beredar luas, tapi belum pernah diumumkan secara terbuka.

Komisi I DPR memang bermitra dengan KPI, sehingga hubungan di antara Komisi I DPR dan KPI sangat dekat.

"Awalnya, pernikahan siri, tapi September ini, pernikahan dilakukan secara resmi," kata sumber yang menolak disebutkan namanya di Jakarta, Jumat (9/9/2016), sebagaimana dikutip dari Warta Kota (TRIBUNnews Network).

Sebagai mantan Ketua Komisi I DPR, maka tamu dan kolega Mahfudz Siddiq yang terbanyak adalah dari TNI, BIN, KPI, dan pihak terkait.

Namun, sekarang Mahfudz sudah dipindah dari Komisi I DPR menjadi anggota Komisi IV DPR.

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, yang hadir di acara itu menyampaikan selamat kepada politisi PKS itu.

Acara itu berlangsung dengan lancar pada Jumat malam, pukul 19.00-22.00.

"Ada perbedaan pernikahan mereka dengan kami dulu. Dulu, kami menikah sebagai anak di mana pernikahan kami diatur orangtua dan tamu kami kebanyakan tamu orangtua, tapi sekarang, pernikahan diatur sendiri. Pak Mahfudz dan isterinya adalah tokoh, yang populer dan banyak dikenal luas oleh publik," katanya.

Pekerja Keras

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang hadir dalam resepsi pernikahan menyampaikan ucapan selamat dalam sambutannya.

"Saya tadi dari Istana setelah pelantikan Kepala BIN Budi Gunawan, masih ada acara lain tapi saya harus hadir karena Pak Mahfudz Siddiq dan isteri adalah orang yang mempertemukan saya dengan isteri saya 20 tahun lalu," kata Fahri mengenang masa lalunya disambut tepuk tangan tamu undangan resepsi pernikahan yang digelar di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (9/9/2016) malam ini.

Saya kenal beliau sebagai senior di UI dan akhirnya saya juga memutuskan menikah dengan mahasiswa fakultas kedokteran UI yang beliau perkenalkan kepada saya," katanya melanjutkan.

Fahri kemudian memuji sosok Mahfudz sebagai guru dan sahabatnya. Ia menyebut Mahfudz sebagai sosok pekerja keras.

"Kami telah melalui bersama perjuangan kami sebagai aktivis reformasi sampai sekarang menjadi politisi," katanya.

Ia kemudian bercerita tentang perbedaan pernikahannya dengan pernikahan ketiga Mahfudz Siddiq ini. Dengan sedikit candaan, Fahri pun mendapat tepuk tangan tamu undangan.

"Memang beda pernikahan beliau dengan kami dulu. Dulu kami menikah sebagai anak pernikahan kami diatur orang tua dan tamu kami kebanyakan tamu orang tua, sekarang beliau menikah sebagai orang dewasa dan pernikahan diatur sendiri. Pak Mahfudz dan isterinya juga adalah orang terkenal sehingga tamunya juga teman sendiri," katanya.

"Tapi apa pun, malam ini adalah salah satu fase dalam kehidupan manusia yang punya banyak sisi dan misteri," imbuhnya.

Fahri menutup pidatonya dengan doa untuk kedua mempelai.

"Agama mengatakan bahwa jodoh adalah salah satu dari misteri itu, maka malam ini kita berkumpul untuk menyaksikan perjalanan selanjutnya dari sahabat kita Pak Mahfudz dan ibu Agatha Lily," tuturnya.

Semoga Allah karuniakan kepada mereka perjalanan yang semakin lapang dan cinta kasih sayang semakin mendalam. Mari kita berdoa bersama agar malam ini menjadi keberkahan bagi kita semua dan pasangan baru ini khususnya," tuturnya melanjutkan.

Kasus Dugaan Pelecehan

Pada Desember 2013, sebanyak empat orang anggota Komisi I DPR RI yang dipimpin Mahfudz Siddiq dilaporkan ke Badan Kehormatan (BK) DPR lantaran diduga melakukan pelecehan terhadap Agatha Lily saat fit and proper test calon anggota KPI pada bulan Juli 2013.

Empat nama yang dilaporkan oleh Komisi Nasional (Komnas) Perempuan itu terdiri dari dua orang dari unsur pimpinan dan dua orang dari anggota.

Satu orang pimpinan yang mengaku telah dilaporkan adalah Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan TB Hasanudin.

[Agatha Lily. FOTO: TRIBUNNEWS.COM]

Berdasarkan informasi yang diperoleh, tiga nama lainnya adalah Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi Partai Demokrat Ramadhan Pohan, anggota Komisi I dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Syahfan Badri Sampurno, dan anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar Oheo Sinapoy.

Ketua BK Trimedya Panjaitan mengatakan Agatha Lily menjelaskan mengenai suasana saat fit and proper test.

Saat itu diakuinya suasana berlangsung tegang.

"Sebagai pimpinan rapat Pak TB Hassanuddin berusaha mencairkan ketegangan, karena komisi I langsung menguji lima calon," kata Trimedya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (4/2/2014).

Trimedya mengatakan memang ada anggota yang meminta nomor telepon Lily, namun disambung oleh pimpinan rapat bahwa hal itu bisa diminta selesai rapat.

Berdasarkan laporan Komnas Perempuan terdapat pula pertanyaan anggota DPR soal stasus pernikahan kepada Agatha Lily.

"Ditanya, apakah statusnya belum menikah,” kata Agatha Lily.

Namun, Agatha Lily tak menganggap pertanyaan itu sebagai pelecehan, seperti yang dilaporkan Komnas Perempuan.

Selain pertanyaan itu, dirinya tak merasa ditanya hal lain yang lebih personal.

“Saya kaget ada pertanyaan seperti ‘Spa berapa kali hari ini’.

Saya merasa tidak mendapatkan pertanyaan itu. Malah saya baru baca dari media,” ia melanjutkan.

Saat itu, Agatha Lily mengaku hanya berkonsentrasi menjawab pertanyaan seputar uji kepatutan dan kelayakan.

Sebab, waktunya terbatas hanya sekitar lima menit.

"Agatha mengatakan bila ada hal yang melanggar kehormatan beliau, maka dia protes pertama kali karena dia aktivis perempuan," tuturnnya.

Agatha, kata Trimedya, menyayangkan laporan Komnas Perempuan yang langsung melaporkan ke BK DPR.

Sebab dirinya belum mendapatkan laporan tersebut.

Apalagi jangka waktu peristiwa dan pelaporan berjarak enam bulan.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved