Guru di Bastem, Luwu: Merdeka Itu, Siswa ke Sekolah Bawa Obor

TRIBUNLUWU.COM, BELOPA - Bagi guru SMAN 1 Bastem, Kabupaten Luwu, Sulsel ini, makna Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, hanya sekedar terlepas dari penjajahan bangsa asing.

Menurut Supriadi, nama guru muda ini, sesungguhnya, daerah tempat tugasnya, Kecamatan Bastem yang berada di kaki Pegunungan Latimojong serta di ratusan tempat terpencil Indonesia lainnya, masih terjajah oleh minimnya perhatian pemerintah..

"Warga Bastem, khususnya para generasi muda masih 'terjajah' karena belum menikmati sarana dan prasarana memadai. Misalnya, mereka ke sekolah harus berjalan kaki sekitar 10 kilometer, jam 05.00 sudah berangkat ke sekolah, pakai obor untuk penerangan karena melintasi hutan," ujar Supriadi kepada tribunluwu.com, Kamis (11/8/16).

Bulan Mei lalu, kata Supriadi, tak sedikit siswa SMAN 1 Bastem yang nyaris tidak mengikuti ujian nasional karena satu-satunya jembatan gantung penghubung Bastem dengan dengan daerah lainnya ambruk akibat luapan air sungai.

"Untungnya, anak-anak kami punya semangat bersekolah. Mereka mengambil resiko menyeberangi derasanya arus sungai menggunakan rakit demi mengikuti ujian nasional," kisahnya ditemui di Belopa, ibukota Kabupaten Luwu.

Bastem lebih dekat ke Kota Palopo dibanding ke Kota Belopa.

Jarak tempuh ke Palopo sekitar tiga jam, itupun dengan kondisi jalan yang kering.

"Kalau hujan perjalanan bisa ditempuh hingga lima jam karena jalannya yang masih pengerasan berlumpur," ujarnya.

Sewa ojek dari Bastem ke Palopo, katanya, Rp 150 ribu.

"Di Bastem, sering terjadi longsor. Jadi, kesulitan kami tidak hanya karena minimnya fasilitas tapi juga kondisi alam," tambahnya.