Tak Kenal Maka Tak Sayang
30 Tahun Sate 'IKIP Madura' di Gunungsari, Makassar
Gerobak sate di pojokan itu, sudah ada sejak Universitas Negeri Makassar (UNM) masih bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur, Thamzil Thahir
TRIBUN-TIMUR.COM-Senin (13/6/2016) dini hari, tribun-timur.com, mampir di sebuah gerobak sate Madura di pertigaan Jl AP Pettarani dan Jl Landak Baru, Makassar.
Gerobak sate ini dilabeli Sate "IKIP" Madura. Jualannya, sate ayam, sapi, dan sate kambing.
Gerobak sate di pojokan itu, sudah ada sejak Universitas Negeri Makassar (UNM) masih bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujungpandang.
"Saya lahir di Ujungpandang, tahun 1992. Bapak saya sudah jualan sate disini sejak 1987," kata Muhammad Ilyas (24), putra bungsu Haji Abdul Bahri (53), perintis gerobak sate di sudut kampus PPs UNM Gunungsari.
Beberapa tahun terakhir, Ilyas sepertinya mulai disiapkan ayahnya jadi pewaris gerobak sate Madura ternama, tertua dan populis di Jl AP Pettarani, selatan kota Makassar itu.
Ilyas pantas "dapat" warisan gerobak sate itu. Dia anak tertua dari tiga bersaudara.
Adiknya, Siti Khomsiyah (23), menikah dengan pria Madura, Syamsul Arifin (34). Syamsul, juga membaur dan ikut membantu "kakak iparnya" jualan sate.
" Fiqri, adik bungsu, saya sekolah di SMP Telkom," kata Ilyas, yang menikahi Hajriyanti (23), wanita asal Banta-bantaeng, Rappocini, Makassar, tiga tahun lalu.
Seperti sang ayah, Ibu kandung Ilyas, Hajjah Siti Maryam (50), juga asli Desa Modung, Kecamatan Modung, Bangkalan, Kabupaten Madura, Jawa Timur.
Ilyas memang dominan di gerobak dan tenda sate dengan 20-an kursi dan lima meja itu.
Dialah pemegang kunci laci "brankas" gerobak. Ayah satu putra (Ramdhan Pratama, 2 tahun) ini, juga yang terlihat memberi instrukksi melayani pelanggan.
Beberapa pelanggan yang membayar, dia handle langsung.
Yang lain sepertinya, belum berani, tepatnya belum dapat otoritas; "Sama Bos, Pak," kata seorang pelayan dengan logat Madura yang amat kental.
Di gerobak sate itu, setidaknya Haji ABdul Buhari mempekerjakan lima "karyawan".