Di Balik Pesona Pulau Heligoland Jerman
Heligoland adalah kepulauan kecil yang terletak sekitar 46 kilometer di lepas pantai Jerman di Laut Utara.
Penulis: Mahyuddin | Editor: Mahyuddin
TRIBUNWAJO.COM - Pada akhir perang dunia kedua, angkatan darat Inggris memiliki surplus besar amunisi dan bahan peledak yang mulai memberi mereka ide-ide.
Kelebihan amunisi bisa dimanfaatkan untuk eksperimen seismik dengan mendirikan ledakan terkontrol untuk menghasilkan gelombang sebanding dengan yang dihasilkan oleh gempa bumi kecil.
Namun, seperti yang dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com, pelaksanaan eksperimen seperti itu jika dilakukan di dalam negeri Inggris tidaklah memungkinkan akan menyebabkan kerusakan pada properti di dekatnya. Jadi mereka beralih ke Jerman.
Inggris baru saja memenangkan perang terbesar dalam sejarah manusia dengan Jerman, dan pada bulan Juli 1946, dump amunisi dekat kota Soltau, di utara Jerman, diledakkan, memproduksi gelombang seismik yang teramati hingga jarak 50 km.
Tapi Inggris membutuhkan sesuatu yang lebih besar.
Jadi mereka mulai mempersiapkan ledakan non-nuklir paling kuat di dunia, yang akhirnya kemudian dikenal sebagai “British Bang”.
Targetnya, kepulauan kecil di lepas pantai Jerman bernama Heligoland.
Heligoland adalah kepulauan kecil yang terletak sekitar 46 kilometer di lepas pantai Jerman di Laut Utara.
Kepulauan ini terdiri dari dua pulau-pulau utama yang berpenghuni seluas satu km persegi, bernama Hauptinsel, dan sebuah pulau kecil tak berpenghuni bernama ‘Dune’ di mana landasan pulau berada.
Karena lokasinya yang strategis, Heligoland memiliki sejarah militer yang panjang.
Awalnya diduduki oleh gembala Frisian dan nelayan, pulau berada di bawah kendali adipati dari Schleswig-Holstein di tahun 1402 dan menjadi milik Denmark di tahun 1714.
Pada 1807, selama perang Napoleon, Heligoland direbut oleh armada Inggris dan secara resmi berada di bawah kekuasaan Inggris pada tahun 1814.
Pada tahun 1890, pulau itu diserahkan ke Jerman dalam pertukaran dengan Zanzibar dan wilayah Afrika lainnya.
Jerman mengevakuasi penduduk sipil yang tinggal di pulau dan mengembangkan pulau itu menjadi sebuah pangkalan angkatan laut utama, dengan pelabuhan yang luas dan instalasi galangan kapal, benteng bawah tanah, dan pengisian bahan bakar pesisir.
Pertempuran pertama angkatan laut, Pertempuran Heligoland Bight, telah terjadi di dekat pulau ini.