Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Inilah Julukan ‘Spesial’ Daeng Azis yang Diberikan Kombes Krishna Murti

Ternyata Kombes Krishna pernah bersentuhan langsung dengan ‘penguasa’ Kalijodo itu

Editor: Ilham Arsyam
KOMPAS TV
Daeng Aziz 

TRIBUN-TIMUR.COM - ‘Jika pelatuk itu ditarik tamat juga riwayat saya. Kalau pun melawan dengan mencabut pistol, pasti ia lebih cepat menarik pelatuk. Dalam hitungan sepersekian detik, sambil menatap tajam matanya, saya katakan, “Saya ini Kapolsek. Jika kamu tembak saya, saya mati tidak masalah karena saya sedang bertugas demi bangsa dan negara. Namun, kalau saya mati Anda semua akan habis!” Rupanya kata-kata itu mengena, tensi amarah Bedul sedikit mereda. Sambil menurunkan senjata, Bedul sempat mengucapkan, “Saya tahu Bapak Kapolsek, tapi saya minta Bapak jangan ambil senjata saya,” katanya. Setelah itu ia pun ngeloyor meninggalkan tempat kejadian’

Itu sepenggel kisah Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Krishna Murti yang ditulis dalam bukunya ‘Geger Kalijodo

Ternyata Kombes Krishna pernah bersentuhan langsung dengan ‘penguasa’ Kalijodo.

Buku itu terbit dua tahun silam tepatnya bulan Oktober 2014.

Tulisan Krishna merupakan hasil penelitiannya selama menempuh studi pasca sarjana di Program Kajian Ilmu Kepolisian di Universitas Indonesia.

Lantas siapa Bedul yang dimaksud Krishna? Pria itu tak lain adalah Daeng Azis. Sosok yang ditakuti di Kalijodo.

Saat itu, Krishna masih berpangkat Ajun Komisaris Polisi, dia menjabat Kapolsek Penjaringan.

Pada tahun 2002, pernah terjadi keributan di kawasan Kalijodo. Keribuatan itu meledak lantaran seorang anggota sekaligus adik dari penguasa Kalijodo tewas akibat dibacok kelompok lainnya.

Kalijodo sendiri dikuasai dua kelompok preman yang kuat, yaitu kelompok bugis dan Mandar.

Kelompok Bugis-Makassar dipimpin oleh Daeng Aziz, sedangkan kelompok Mandar dipimpin oleh Jamal.

Krishna pun turun langsung untuk menyelesaikan konflik di kawasan prostitusi kelas bawah di sudut Ibu Kota Jakarta.

Daeng Azis yang mendengar adiknya tewas langsung berlari ke lokasi kejadian sambil menenteng pistol. Amarah Daeng tak terbendung. Kebetulan ada salah satu tokoh dari kelompok rivalnya berada di tempat.

Daeng berlari sambil memukul orang tersebut. Beruntung, orang itu berhasil kabur saat Daeng meletuskan pistolnya.

Mendengar suara letusan pistol, Krishna yang berada di dekat lokasi langsung menghampiri asal suara. Dia sempat bertanya pistol siapa yang meletus.

Pertanyaan itu terjawab ketika Krishna melihat Daeng Azis memegang senjata. Dia langsung memerintahkan Azis untuk menurunkan pistolnya.

Bukannya takut, Daeng malah menggertak dan mengarahkan pistol ke arah Krishna. Hasilnya, dia berhadapan dengan moncong senjata api yang diarahkan Daeng.

Saat ditodong, Krishna tak gentar, dia malah menantang Daeng. Bukan dengan pistol tapi dengan beberapa kalimat.

Keadaan pun mereda, beberapa hari kemudian Krishna berhasil menggiring Daeng ke penjara karena kasus penodongan. Daeng kemudian dipenjara selama tiga bulan.

Kisah itu pun kemudian diakui oleh Abdul Aziz atau yang biasa dikenal Daeng Aziz, tokoh masyarakat di Kalijodo.

"Itu benar, bahwa saya menodongkan pistol. Tapi persoalannya, saya belum tahu itu Pak Krishna adalah Kapolsek Penjaringan," kata Aziz dalam wawancara dengan Kompas TV, Jumat (12/2/2016).

Diterangkan Aziz, ketika itu dia melihat Krishna tidak menggunakan seragam polisi.

"Dia (Krishna) belum kita kenal, tidak pakai seragam polisi," ucap Aziz memberikan alasannya.

Tak hanya itu, Aziz juga membantah ada preman di Kalijodo.

"Saya bingung dengan dimaksud preman, di sini pengusaha semua," ujar Aziz.

Sebelumnya, Krishna Murti yang kini menjabat Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya mengaku, ia pernah ditodong dengan pistol oleh preman di kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara.

Saat itu sedang terjadi ketegangan dua kelompok yang berseteru di kawasan itu, yakni kelompok Bugis dan Mandar. Peristiwa terjadi pada malam hari, tanggal 22 Januari 2002.

Menurut Krishna, situasi saat itu sangat genting. Saat bentrokan pecah, ia sempat menemui salah seorang yang melepaskan tembakan. Krishna kemudian melihat dan mengejar orang tersebut sambil memintanya untuk menyerahkan senjatanya.

Namun, Krishna menyebut, orang itu tidak takut dan justru balik menggertak Krishna. "Jangan ada yang mendekat. Teriak dia ke arah saya," ucap Krishna.

Krishna mengatakan, situasi saat itu tidak menguntungkannya untuk melepaskan tembakan. 

"Jika pelatuk itu ditarik, tamat juga riwayat saya. Kalaupun melawan dengan mencabut pistol, pasti ia lebih cepat menarik pelatuk," tutur Krishna.

Dalam kondisi tersebut, Krishna kemudian melontarkan kalimat yang ia sebut ampuh untuk meredakan tensi amarah orang yang diketahui bernama Bedul itu. Bedul diketahui merupakan pimpinan dari kelompok Bugis.

"Saya ini Kapolsek. Jika kamu tembak saya, saya mati tidak masalah karena sedang bertugas demi bangsa dan negara. Namun, kalau saya mati, Anda semua akan habis!" kata Krishna.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved