Warga Sidrap Pengikut Gafatar: Kami Tetap Salat Lima Waktu
Bersama ratusan pengikut Gafatar asal Sulsel, Hamka dan keluarganya telah dipulangkan.
Penulis: St. Fathin Hamidah | Editor: Imam Wahyudi
Dia bergabung karena tertarik dengan visi dan misi Gafatar.
“Awalnya saya sendiri ke Kutai. Setelah tiga bulan saya kembali untuk mengajak keluarga kesana karena kami diminta mengajak keluarga dan memulai hidup baru disana,” bebernya.
Selama menjadi anggota Gafatar, Hamka mengatakan tak pernah mendapat doktrin agama yang menyimpang.
"Semua yang diberitakan media itu tidak benar. Selama berada disana kami diperlakukan baik. Kami salat lima waktu, bahkan ada masjid kami bangun bersama warga pribumi,” ujarnya.
Ayah Hamka, Hamzah mengatakan meski sudah tidak memiliki rumah, namun tidak merasa khawatir karena pemerintah pusat dan pemerintah Kutai Kartanegara berjanji akan mengembalikan semua kerugian pengikut Gafatar yang telah memiliki lahan disana.
Sambil menunggu janji pemerintah, Hamzah akan mencari pekerjaan baru dan lahan untuk tempat tinggal. "Saya masih pikir-pikir dimana akan menetap, apakah di Sidrap atau di Pinrang," ujarnya.