Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Masjid di Mamajang, Khatib Tak Bacakan Khutbah Jumat Seragam

"Saya sebenarnya tahu intruksi Pak Kakanwil Kemenag Sulsel itu dari koran Tribun tadi pagi. Tapi saya tidak dapat materi khutbahnya," kata khatib.

Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
zoom-inlihat foto Masjid di Mamajang, Khatib Tak Bacakan Khutbah Jumat Seragam
twitter
Irianto Sulaiman

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Instruksi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Sulawesi Selatan Abdul Wahid Tahir untuk para khatib agar menyampaikan khutbah jumat seragam di seluruh masjid di Sulsel pada Jumat (8/1/2016) hari ini tak semua dipatuhi.

Di Masjid Shalatu Khairun misalnya, khatib jumat justru menyampaikan khutbah berjudul Menjaga Amanah dan Mewujudkan Keadilan. Masjid ini berada di Jalan Baji Dakka, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

Padahal khutbah seragam yang diinstruksikan Wahid Tahir berjudul Membangun Optimisme Umat Menuju Masyarakat yang Sejahtera, Maju, dan Damai. Materi disiapkan dibuat Kakanwil Kemenag Sulsel dan sudah disebar ke 24 kantor kemenag se-Sulsel. Juga melalui http://sulsel.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=35131.

“Saya sebenarnya tahu intruksi Pak Kakanwil Kemenag Sulsel itu dari koran Tribun tadi pagi. Tapi saya tidak dapat materi khutbahnya. Saya coba cari di internet, juga tidak ketemu. Jadi saya sampaikan saja materi khutbah sesuai yang sudah saya siapkan,” kata Irianto Sulaiman yang menjadi khatib di Masjid Shalatu Khairun, usai jumatan tadi.

Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin ini mengatakan, ia sempat menghubungi rekannya via telepon di Kanwil Kemenag Sulsel untuk menanyakan materi khutbah seragam dimaksud.

“Tapi katanya materi khutbah seragam yang disebarkan Kakanwil Kemenag Sulsel melalui website kemenag sulit unduh. Katanya ada gangguan,” tambah Irianto yang juga pengurus persyarikatan Muhammadiyah Kota Makassar ini.

Sebelumnya, Wahid Tahir menjelaskan bahwa penyeragaman khutbah jumat itu terkait pergantian tahun dari 2015 ke 2016. Isi khutbah dimaksud membahas tentang muhasabah.

“Muhasabah adalah pencerahan tentang kebaikan umat, dan upaya evaluasi diri terhadap perilaku manusia mulai dari kebaikan ataupun keburukan dalam semua aspek,” jelas Wahid yang juga Rais Tanfidz Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Kota Makassar ini.

Dalam materi khutbah setebal tujuh halaman itu, diulas paham radikalisme. Alasannya, beberapa isu besar di negara ini telah melakukan pergerakan mengatasnamakan Islam namun tak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. (*/tribun-timur.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved