Coba Lihat, Ada yang Aneh di Teror Berdarah di Paris dan Teror 'Balas Dendam' Perancis ke Suriah
Tonton video di bawah ini.
TRIBUN-TIMUR.COM - Sebagai bentuk aksi ‘balas dendam’ atas teror berdarah yang menewaskan 153 orang di Paris, Jumat (13/11/2015) malam, Angkatan Udara Prancis mengerahkan sebanyak 12 pesawat, termasuk 10 pesawat tempur.
Pesawat itu untuk melancarkan gempuran ke Kota Raqqa, Suriah, Minggu (15/11/2015) malam.
Ini merupakan gempuran terbesar Prancis terhadap ISIS di Suriah, dan dilakukan setelah kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan di Paris.
Dalam gempuran tersebut, armada pesawat Prancis dikerahkan secara bersamaan dari Uni Emirat Arab dan Jordania.
Pesawat itu menjatuhkan menjatuhkan sebanyak 20 bom ke Kota Raqqa yang dianggap sebagai kantung kekuatan kelompok ISIS.
Tonton video di bawah ini.
Melihat serangan di atas, netizen menganggap itu sebagai sebuah ketidakadilan.
Sebuah video komparasi diunggah akun MysteryLeaks melalui YouTube, Senin (16/11/2015).
Pada video tersebut dibandingkan bagaimana teror di Paris menjadi fokus pemberitaan, sedangkan di serangan di Suriah nyaris luput dari pemberitaan.
Padahal, keduanya turut mengorbankan orang tak bersalah.
Serangan ke Suriah bukan peristiwa baru, seperti teror berdarah di Paris.
Ibarat mata uang, media massa hanya melihat satu sisi (Paris).
Melalui video ini, seorang bocah bercerita bagaimana dia dan sejumlah warga Suriah hidup dalam penderitaan akibat negaranya terus dibombardir.
Mereka kehilangan rumah karena hancur akibat senjata.
Hanya kepada Allah Swt mereka memohon perlindungan.
Ada yang Mendukung Teror di Paris
Teror berdarah di Paris dikutuk berbagai kalangan namun di lain pihak ada kalangan yang sepertinya mentolerir ISIS, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Adrian Fadillah, contohnya menulis pada akun fans page Facebook milik BBC Indonesia, "Kemarin beberapa saat setelah teror Paris, seperti kebanyakan orang, saya mengunggah gambar 'Pray for Paris'. Seolah saya turut bersedih.
"Padahal tidak! Pagi ini saya memutuskan untuk menghapus gambar-gambar itu dari beberapa akun media sosial yang saya punya. Saya tidak berdoa untuk Paris... Saya bosan dengan semua sentimen Islamofobik yang memojokkan Islam."
Meski tidak mendukung aksi teror tersebut, namun juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto, merasa aksi tersebut merupakan konsekuensi atas tindakan-tindakan Prancis selama ini.
"Kalau mereka tidak mau warga negaranya tercederai, maka jangan juga mencederai warga negara lain. Marilah kita juga melakukan penilaian secara adil.
"Kita kutuk, serangan Prancis tapi kita kutuk juga itu invasi Amerika ke Irak, kita kutuk invasi Amerika ke Afghanistan, kita kutuk invasi Rusia ke Suriah. Kita kutuk Prancis itu yang telah melakukan kejahatan serupa di Suriah," tutur Ismail.
[Serangan di beberapa tempat di Paris pada hari Jumat (13/11/2015) menewaskan 153 orang. FOTO: AFP/GETTY IMAGES]
Berpikir Kritis dan Cerdas
Sedangkan Ulil Abshar Abdalla -salah seorang tokoh Jaringan Islam Liberal atau JIL- mengatakan sebagian besar masyarakat Muslim mengutuk serangan di Paris namun jelas ada kelompok yang mendukung ISIS karena alasan tertentu.
"Ya orang-orang yang mendukung ISIS menganggap bahwa kekerasan yang mereka lakukan di Paris sebagai pembalasan terhadap keterlibatan negara-negara Barat dalam penyerangan di dunia Islam.
Jadi mereka menganggap, kenapa orang-orang harus merasa jijik dengan kekerasan ISIS sementara kekerasan serupa dilakukan oleh negara-negara Barat di dunia Islam. Jadi, ini semacam balasan yang setimpal. Ya, itu cara mereka berpikir," jelas Ulil.
Oleh karenanya, Ulil menyarankan agar masyarakat bersikap lebih kritis dan cerdas dalam memahami Islam secara kontekstual.
ISIS mengatakan mereka bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman dan penembakan di Paris yang menewaskan 128 orang pada hari Jumat lalu.
Selain itu, ISIS mengatakan Prancis dan pihak-pihak sekutunya tetap menjadi sasaran ISIS.(edi sumardi/bbc)