Media Massif Beritakan Kasus Begal, Ini Kata Jurnalis di Makassar
Pemberitaan yang massif tentang begal dinilai justru bagian dari tanggungjawab media kepada publik.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Sejumlah jurnalis lintas media menolak keras adanya tudingan bahwa kasus begal di Kota Makassar hanya marak di media arus utama dan media sosial. Mereka juga menolak dituding ikut memperkeruh rasa aman warga hanya karena memberitakan maraknya aksi begal di kota Anging Mammiri ini.
Para pekerja media tersebut justru mendorong televisi, media cetak, dotcom dan radio secara massif memberitakan bahwa begal telah menjadi teror bagi warga Kota Makassar dan karena itu begal harus menjadi musuh bersama.
Pemberitaan yang massif tentang begal dinilai justru bagian dari tanggungjawab media kepada publik. Juga dimaksudkan mengingatkan aparat keamanan dan pemerintah untuk lebih serius memerangi para begal demi terwujudnya Makassar bebas begal.
Hal tersebut mengemuka pada diskusi media di Kantor Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI), Jl Mappanyukki, Kota Makassar, Rabu (30/9/2015).
Diskusi tersebut digelar Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel bekerja sama dengan KPJKB yang didukung Yayasan BaKTI. Diskusi ini dihadiri sejumlah jurnalis dari berbagai media di Makassar.
Di antaranya Koordinator Relawan Komite Perlindungan Jurnalis dan Kebebasan Berekspresi (KPJKB) Sulse Upi Asmaradhana, Andi Ahmar dari CelebesTV dan Suriani Mappong dari KBN Antara.
Turut hadir Adam Djumadin dan Nurdin Amir dari VeChannel, Sekretaris PJI Sulsel Hendra Nick Arthur, Deri dari INews, Ketua Badko Korps-HMI-wati (Kohati) Sulselbar Hajriana Ashadi, dan Yusran serta beberapa pekerja media lainnya. Diskusi dipandu Muh Idris dari AJI Kota Makassar.
“Menurut saya, media-media di Makassar yang ramai memberitakan kasus kekerasan di jalanan itu wajar dan murni demi kepentingan publik. Realitas yang justru keliru besar jika tak diberitakan media,” papar Ahmar yang akrab disapa Abo.
Abo menambahkan, CelebesTV beberapa kali siaran yang mendiskusikan soal begal. Setiap kali itu pula penelepon ramai masuk. Umumnya mengeluhkan kinerja kepolisian dan pemerintah yang dianggap belum maksimal melindungi warganya dari para pelaku begal.
“Bagaimana kita tidak beritakan soal begal, kalau setiap hari kita mendapat informasi ada saja korban begal di Makassar. Tak kenal waktu lagi: pagi, siang, sore apalagi malam hari. Korbannya pun tak pandang bulu,” kata Idris yang akrab disapa Baba Ong.
Pendapat senada disampaikan Adam. Menurutnya, pemberitaan yang massif tentang begal di Kota Makassar tersebut selama ini masih wajar.
“Kalau dulu hanya jalan-jalan tertentu di Makassar yang dianggap rawan kriminal. Tapi setahun terakhir, tampaknya tak ada jalan lagi di Kota Makassar yang steril dari tindak kejahatan jalanan atau begal,” tutur Adam.
Adam mengaku saban naik sepeda motor kini was-was karena itu harus selalu melirik kaca spion. Jika ada pengendara yang mencurigakan, ia akan segera mampir di toko yang sedang buka atau di tempat ramai.
Pendapat Adam itu juga dikuatkan Deri dari Inews. Gadis ini pernah jadi korban begal sepulang dari kantornya di Jalan Boulevard, Panakkukang, Makassar.
“Waktu itu, pelaku sempat menarik tas saya. Seketika itu saya berteriak pencuri dan pelaku melarikan diri,” tutur Deri yang masih agak trauma pascakejadian tersebut.