Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muktamar 33 Nahdlatul Ulama

Simak, Pidato KH Mustofa yang Bikin Haru, 'Kalau Perlu Saya Cium Kaki Anda'

"Dengarkanlah saya sebagai pemimpin tertinggi anda. Mohon dengarkan saya, dengan hormat kalau perlu saya mencium kaki-kaki anda semua

Editor: Ilham Mangenre

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Pidato Rais Am (ketua umum) Nahdlatul Ulama (NU) KH Mustofa Bisri Muktamar yang membuat ribuan peserta Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, terharu bahkan menitikkan air mata.

Pidato penulis dan penyair ini memang tidak biasanya, demi meredam suasana muktamar yang sempat ricuh akibat mekanisme pemilihan Rais Am.

Ricuh, Seorang peserta Muktamar NU ke-33 diusir dari arena persidangan, Senin (3/8/2015). (kompas.com)

Situasi pun kembali sejuk berkat pidato KH Mustofa Bisri.

Muktamar kembali dilanjutkan dengan agenda berikutnya. Semuanya kembali berjalan lancar, setelah jadwal acara sempat molor karena adanya beda pendapat tentang mekanisme pemilihan Rais Am.

Senin (3/8/2015), KH Mustofa Bisri menggelar pertemuan dengan jajaran Pengurus Besar NU (PBNU), Pengurus Wilayah dan para kiai sepuh.

Hasil pertemuan itu disepakati soal mekanisme pemilihan pimpinan tertinggi NU. Jika ada hal-hal yang tak bisa disepakati dan diselesaikan melalui musyawarah dan mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para Rois Syuriah.

Selasa (4/4/2015), Muktamar NU kembali dilanjutkan dengan agenda berikutnya, yaitu sidang komisi.

Rapat komisi itu dilaksanakan di empat pondok pesantren sampai malam hari. Setelah sidang komisi usai, akan dilakukan pemilihan Rais Am yang baru.

Mengharukan

Agenda yang tersisa adalah pemilihan Rais Am, yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan Ketua Umum PBNU.

Pemilihan Ketua Umum dilakukan dengan sistem pemilihan langsung. Setiap peserta muktamar mempunyai satu hak suara.

Ada lima nama yang disebut-sebut sebagai calon kuat, yakni, Ketua Umum saat ini Said Aqil Siroj, lalu As'ad Said Ali, Muhammad Adnan, Salahuddin Wahid, dan Idrus Ramli.

Pada pembahasan mekanisme pemilihan Rais AM sempat terjadi kekisruhan.

(Kompas)

Situasi mulai tenang lagi, setelah KH Mustofa Bisri dipilih menjadi pejabat Rais AM dan menyampaikan pidato yang mengharukan.

Suasana mulai tenang begitu Gus Mus melangkahkan kaki ke panggung.

Gus Mus dengan suara serak, berlinang air mata kemudian, membuat muktamirin luluh.

Pemimpin Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Rembang, itu meminta para peserta Muktamar NU agar mengikuti panutan tokoh-tokoh pendiri NU.

"Dengarkanlah saya sebagai pemimpin tertinggi anda. Mohon dengarkan saya, dengan hormat kalau perlu saya mencium kaki-kaki anda semua agar mengikuti akhlakuk karimah, Akhlak KH Haysim Asy'ari dan pendahulu kita", kata.

Gus Mus lalu mengajak para peserta Muktamar Jombang merendahkan hati, memikirkan kiprah NU serta visi para pendirinya. Kemudian Gus Mus menutup pidatonya dengan kata-kata:

"Saya sejak belum tidur, bukan apa-apa, karena memikirkan anda-anda sekalian. Saya mohon maaf kepada semua muktamirin terutama yang dari jauh dan tua-tua, teknis panitia yang mengecewakan anda, maafkan lah mereka, maafkan saya. Itu kesalahan saya, mudah-mudahan anda sudi memaafkan saya."

Selengkapnya, berikut risalah Pidato Gus Mus 

"Ketika saya ikuti persidangan-persidangan yang sudah lalu, saya menangis karena NU yang selama ini dicitrakan sebagai organisasi keagamaan, panutan penuh dengan akhlakul karimah, yang sering mengkritik praktik-praktik tak terpuji dari pihak lain ternyata digambarkan di media massa begitu buruknya. Saya malu kepada Allah, malu pada KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan para pendahulu kita. Lebih-lebih ketika saya disodori koran yang headlinenya 'Muktamar NU Gaduh, Muktamar Muhammadiyah Teduh'.

Saya mohon sekali lagi, kita membaca surat Al-Fatihah dengan ikhlas, mohon syafaatnya (Nabi Muhammad SAW).

Rais Aam yang membikin saya menjadi punya posisi seperti ini, KH Sahal Mahfud, mengapa beliau wafat sehingga saya memikul beban ini, saya pinjam telinga anda, doakan saya, ini terakhir saya menjabat jabatan yang tidak pantas bagi saya.
Dengarkanlah saya sebagai pemimpin tertinggi anda.

Mohon dengarkan saya, dengan hormat kalau perlu saya mencium kaki-kaki anda semua agar mengikuti akhlakuk karimah, Akhlak KH Haysim Asy'ari dan pendahulu kita.

Saya panggil kiai sepuh, rata-rata mereka prihatin semua, prihatin yang sangat mendalam. Di tanah ini terbujur kiai-kiai kita, di sini NU didirikan apa kita mau meruntuhkan di sini juga, Naudzubillah, saya mohon dengan kerendahan hati Anda melepasksan semuanya, dan memikirkan Allah dan pendiri kita.

Jadi, telah mempelajari situasi, maka para kiai yang berkumpul sampai tadi siang, di samping keprihatinan juga beberapa poin yang perlu dijadikan pedoman pembahasan selanjutnya.

Cuma sedikit yang kita sepekati untuk solusi agar tidak sama dengan di Senayan.

Pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam muktamar tentang pemilihan Rais Aam, tak bisa melalui musyawarah mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para Rois Syuriah

Kalau nanti Anda-Anda tidak bisa disatukan lagi, maka saya dengan para kiai memberikan solusi, kalau bisa musyawarah kalau tak bisa pemungutan suara. Itu AD/ART kita. Karena ini urusan pemilihan Rais Aam, maka kiai-kiai akan memilih pemimpin kiai.

Dan tatib yang sudah disepakati perlu segara dilakukan. Kalau ini Anda tetap tidak terima, maka saya yang terima, karena saya hanya Mustafa Bisri, saya hanya orang yang ditimpa kecelakaan menjadi pengganti Kiai Sahal. Kalau tidak, lepaskan saya saja.

Doakan mudah-mudahan saya hanya sekian saja untuk jadi Rais Aam.

Saya sejak belum tidur, bukan apa-apa, karena memikirkan anda-anda sekalian. Saya mohon maaf kepada semua muktamirin terutama yang dari jauh dan tua-tua, teknis panitia yang mengecewakan anda, maafkan lah mereka, maafkan saya. Itu kesalahan saya, mudah-mudahan anda sudi memaafkan saya."

KH Mustofa Bisri, Gus Mus. (chirpstory)

Sungguh mengharukan pidato Gus Mus. (youtube/dw.de/kompas)


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved