Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kolom Hati Dr Muammar Bakry Lc

Pemaaf: Kisah Wanita Sahaya Khalifah Ali RA

Kalian bersabar terhadap orang yang tidak mengenalmu. Kalian memaafkan orang yang pernah menganiayamu.

Editor: Thamzil Thahir
zoom-inlihat foto Pemaaf: Kisah Wanita Sahaya Khalifah Ali RA
dok tribun-Timur/fb
Dr Muammar Bakry LC MA

KURIKULUM yang kedua Madrasah Ramdan setelah Rahmah adalah Magfirah (ampunan).

Dengan puasa yang kita lakukan semoga Allah 'membakar' semua dosa yang pernah kita lakukan, sebagai namanya Ramadan "liannahu yarmudhu zunub" (menghanguskan dosa-dosa).

Salah satu bentuk kasih Allah, Dia menyediakan pintu tobat untuk kita. Adam berdosa kepada Allah karena mengerjakan larangan, sementara Iblis berdosa karena meninggalkan perintah Allah.

Tapi Adam mulia karena tobat, sementara Iblis hina karena angkuh.
Dengan magfirah yang kita peroleh dari Ramdan, maka terpancar dalam diri seseorang jiwa pemaaf, mampu menahan amarahnya dan berbuat baik terhadap sesamanya.

Marah adalah sifat yang manusiawi. Namun jika nafsu amarah yang bergejolak itu tidak dapat terkendali tentu akan merugikan diri sendiri. Maka Rasulullah Saw menyatakan : "orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bergulat tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah".

Karena itu, jika kita mencapai puncak kemarahan yang tinggi, Rasulullah saw menganjurkan agar cepat-cepat mengambil air wudhu. Rasulullah saw bersabda:

"Sesungguhnya sifat marah itu dari syaitan dan syaitan itu diciptakan dari api, dan api hanya dapat dipadamkan dengan air, maka jika seseorang marah hendaklah segera berwudhu". (HR. Ahmad dari Urwah Bin Muhammad).

Imam Baihaqi mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa ada seorang hamba sahaya wanita milik Ali Bin Husen ra.

Ketika hamba sahaya mengucurkan air wudhu padanya tiba-tiba kendi airnya terlepas dan melukai Ali. Alangkah marahnya dia dan hendak memukul sahaya.

Namun sahaya tadi berkata: sungguh Allah berfirman, "ialah orang yang menahan amarahnya" sadarlah Ali dan berkata : aku telah menahan amarahku.

Sang sahaya berkata : dan orang-orang yang suka memaafkan orang lain". Beliau menyahut Allah telah memaafkanmu.

Sahaya itu berkata lagi " sesunggunya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". Ali pun menjawab :pergilah engkau, mulai sekarang aku memerdekakanmu karena Allah".

Suatu ketika, Rasullah SAW berkumpul dengan sejumlah sahabat dan bersabda: "Maukah kalian saya beritahukan tentang sesuatu yang denganya Allah memuliakan (manusia) dan mengangkat derajatnya?" Serempak mereka menjawab, 'Tentu, wahai Rasulullah.' Lalu Rasulullah melanjutkan, "Kalian bersabar terhadap orang yang tidak mengenalmu.

Kalian memaafkan orang yang pernah menganiayamu. Kalian memberi (sesuatu) kepada orang yang tak pernah memberimu. Dan kalian menyambung kembali tali silaturrahmi orang yang telah memutuskannya denganmu". (HR.Tabrani).

Puasa selama Ramadan menjadi sarana dalam melatih mental kita agar emosi kita bisa dikontrol dan dikendalikan. Emosi yang menjadi amarah yang tidak terkontrol hanya menyengsarakan pelakunya. Emosi yang merusak hanya akan merugikan pelakunya dan bahkan orang lain. Emosi yang baik adalah emosi yang terganti dengan kasih sayang lalu berubah menjadi pemaaf. (*)

Dr Muammar Bakry Lc, MA; Dosen UIN Alauddin Makassar

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rusuh

 

Rakyat Terluka

 

Firasat Demokrasi

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved