Terungkap, ini Sebab Tentara Amerika Tak Mampu Hancurkan Pasukan ISIS
Segala kekuatan Amerika telah dikerahkan tapi nyatanya ISIS tambah kuat. Ini sebabnya:
Di lingkaran kedua, dampak perang konvensional dan gerilya sudah mulai dirasakan, Contohnya, sejumlah serangan terhadap militer dan kepolisian di Sinai, Mesir, dan penguasaan beberapa kota di Libia, termasuk bekas kantung kekuatan Moamar Khadafi di Sirte.
Sementara itu, para “lone wolves” atau pelaku tunggal telah membawa taktik teror ke lingkaran terluar, sebagaimana tampak dalam serangan-serangan di Australia, AS dan Kanada.
[ISIS memanfaatkan padang pasir untuk melawan militer Irak.]
Taktik Tempur
Selain memiliki strategi global, ISIS juga menerapkan taktik tempur yang spesifik.
Di Irak dan Suriah, taktik penggunaan bom mobil atau Vehicle Borne Improvised Explosive Devices (VBIEDS) terbukti menjadi senjata perang yang sukses. Bom semacam itu dipasang di mobil Hummer AS yang dirampas dari militer Irak.
Wilayah-wilayah perkotaan yang lebih kecil diserbu menggunakan “manuver jepit” dengan menempatkan bom mobil di kedua sisinya, disusul militan-militan yang menggunakan rompi bunuh diri lalu diikuti prajurit dan kendaraan-kendaraan yang dilengkapi persenjataan.
Kota-kota besar dikuasai dengan metode gabungan antara infiltrasi, khususnya melalui komunitas Sunni yang terpinggirkan di Irak, dan "Strategi Belt" atau sabuk.
Dengan strategi itu awalnya kota-kota dan pedesaan yang di sekitar pusat kota besar dikuasai terlebih dahulu, dan menutup jalanan.
Serbuan makin digencarkan melalui anggota-anggota ISIS yang bergerak maju dan mulai memasuki pusat kota layaknya sabuk.
[Militer Irak sulit menghadapi kelompok ISIS karena mereka memiliki taktik tempur yang mumpuni.]
ISIS menggunakan wilayah gurun pasir yang luas di Suriah dan Irak, menarik diri ke dalamnya untuk kemudian muncul dari sana juga sesuka mereka. Taktik itu memerlukan mobilitas tingkat tinggi, organisasi yang efisien, serta pasokan amunisi dan air yang banyak.
Walaupun serangan udara telah menghambat pergerakan di padang, ISIS mengatasi itu dengan memecah pasukan menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan sulit terdeteksi.
Dengan itu, jumlah anggota ISIS yang sedikit bisa menghadapi pasukan dalam jumlah besar sementara anggota ISIS lainnya menyerang sebuah kota, pangkalan militer atau lokasi strategis lainnya seperti sebuah bendungan atau kilang minyak.
Berdasarkan penjabaran tersebut, tampak jelas bahwa ISIS merupakan pasukan tempur yang kuat, sangat termotivasi dan terdisiplin. Selain itu mereka adalah organisasi dengan rencana yang jelas, tersusun secara sistematis dan memiliki strategi perang yang terbukti berhasil.
Bandingkan dengan pengakuan Obama yang mengatakan setelah satu tahun berperang “kami masih belum memilki strategi untuk mengalahkan ISIS”.(BBC)