Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Psikolog UI: Orangtua Harus Bolehkan Anak Remajanya Pacaran

“Sudah tidak cocok cara mendidik masa lampau diterapkan ke anak remaja zaman sekarang.”

Editor: Edi Sumardi
INTERNET
Ilustrasi pelajar SMA pacaran 

Akibatnya, banyak pelaku pacaran yang harus mengubur bayinya sebab hamil sebelum menikah, digrebek petugas saat lakukan aksi bejatnya, ataupun kerusakan masyarakat sebab menjalarnya penyakit menular karena pergaulan bebas.

Kesemuanya itu, di antara pintu utamanya adalah apa yang disebut dengan nama pacaran.

Jika ditilik dari sudut pandang Islam, pacaran lebih dari sekadar urusan duniawi dengan seabrek akibat buruknya, tetapi ada akibat buruk yang harus ditanggung oleh pelakunya, kelak di akhirat.

Mereka yang berpacaran, biasanya lebih memerhatikan pacarnya dibanding perhatinnya kepada keluarga. Padahal, perhatian kepada keluarga jelas lebih utama dan mendatangkan pahala.

Selain itu, kehidupan seseorang memanglah ditanggung dan dicukupi kebutuhannya oleh keluarganya, bukan oleh pacarnya.

Jika pun sang pacar memberikan sesuatu, paling hanya pakaian, make up, ataupun pemberian remeh yang dibungkus kalimat, “Jangan lihat bentuknya, tapi saksikan ketulusanku.” Memangnya sejak kapan ketulusan bisa disaksikan?

Karena hal ini pula, seorang pacar hampir mengetahui kehidupan pacarnya dari bangun tidur hingga tidur kembali, kecuali perselingkuhan sang pacar kepada pacarnya yang lain.

Akibat parahnya, bahkan mereka yang pacaran tidak sempat mengetahui keadaan anggota keluarganya; orang tua, paman, bibi, kakak, maupun adik dan juga tetangganya.

Ironisnya, saat sang pacar sakit atau terkena musibah, ia yang mengaku sebagai pacarnya tak serta-merta datang sebab banyak dalih.

Mulai sibuk kerja, tidak tahu, belum sempat, atau alasan lain. Dan, saat itu, keluarga dan tetangga terdekatlah yang ada di sampingnya. Jika sudah begini, apa tidak malu?

Ketika hendak bertemu dengan pacarnya, mereka yang berpacaran akan memberikan penampilan terbaiknya. Baik itu baju, rok, wewangian, maupun make up dan sebagainya.

Padahal, ketika bertemu Allah Ta’ala dalam shalat, ia tak berdandan serapih, sebersih dan sesopan itu.

Akibatnya, yang nampak di mata buta pacarnya adalah kebaikan semata. Padahal, penampilan itu tidak ada dalam diri pacarnya saat baru bangun tidur, ketika malas mandi, dan saat mengorok atau keluar air liurnya dalam nyenyaknya tidur.

Belum lagi dalam keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan fisik seseorang nampak kotor, jorok, dan sebagainya.

Konyolnya, dengan gombal mereka akan merayu pacarnya, “Aku akan mencintaimu dalam setiap kondisi; pun dengan air liur, bau keringat ataupun kentutmu.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved