Murid SD di Kampung JK
Keringat Mengucur Walau Baru Mandi Pagi
Betapa tidak, meniti kawat berkarat itu butuh kekuatan ekstra, pasang urat kuat-kuat dan konsentrasi tepat.
Penulis: Muh. Abdiwan | Editor: Ilham Mangenre
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Abdiwan
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM-Setiap hari sekolah, puluhan murid Sekolah Dasar (SD) Inpres 657 Hulo, Desa Hulo, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, haru bertaruh nyawa, melewati bekas jembatan gantung yang sudah ambruk, demi sekolah.
Mereka harus bergelantungan pada kawat yang panjangnya kurang lebih 30 meter, membentang di atas Sungai Hulo.
Keringat kencur mereka pun bercucur walau baru saja mandi pagi. Betapa tidak, meniti kawat berkarat itu butuh kekuatan ekstra.
Murid merah putih itu harus pasang urat kuat-kuat dan konsentrasi tepat. Jika tidak, nyawa taruhannya.
Ironisnya, jika hujan, sejumlah murid tidak masuk sekolah lantaran tali yang digunakan untuk melintas licin.
Informasi yang diperoleh dari warga sekitar, jembatan itu sudah lebih setahun ambruk.
Jembatan gantung ini menghubungkan Desa Biru, Cenrana dan Desa Palakka, Kecamatan Kahu.
Tali alias kawat besi eks jembatan gantung tersebut hanya dapat dilewati empat sampai lima anak sekolah.
Mereka pun harus mengantre lantaran tali yang dilalui hanya satu.
Ini sudah setahun berlangsung. Beginilah satu potret pendidikan di kampung Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK). (*)