Tugu Adipura Tallo Dibangun Malik Dirubuhkan Danny
Rencana itu guna mengurai kemacetan rutin di Jl Urip Sumohardjo dan Jl perintis Kemerdekaan yang menjadi titik macet dalam tiga tahun terakhir.
Penulis: Andi Chaerul Fadli | Editor: Thamzil Thahir
MAKASSAR, TRIBUN -- Tugu Piala Adipura hampir dua dekade menjadi salah satu ikon Kota Makassar.
Tugu di pertigaan jalan poros Jl Urip Sumoharjo (barat), Jl Abdullah Dg Sirua (selatan) Jl Perintis Kemerdekaan (timur) ini hanya berusia 17 tahun.
Tepat pukul 01.20 wita, Sabtu 1 November 2014, tugu yang berdiri di depan gerbang PLTU Tallo, ini rata dengan tanah.
Satu unit eskavator milik dinas PU Makassar hanya butuh waktu sekitar 4 jam untuk meratakannya dengan tanah.
Tugu berkonstruksi beton setinggi + 10 meter dengan diameter 4,5 meter ini dipuncaknya dipasangi prasasti kuningan, tanda berapa kali Kota Makassar meraih piala Adipura kategori Kota Metropolita,
Tugu ini yang berjarak sekitar 200-meter di arah barat Jembatan PLTU Tello ini dibangun tahun 1997.
Kala itu Wali Kota Makassar dijabat Malik B Masry. Di era Maliklah, Kota Makassar, kali pertama meraih anugerah tahunan dari pemerintah pusat terhadap kota-kota yang dinilai sukses memeliharaan kebersihan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Saat Piala Adipura diserahkan, kota Makassar dikenal sebagai kota `Teduh Bersinar' - akronim dari semboyan Tekad untuh Hidup Bersih, Indah, Aman dan Ramah.
Setelah itu hingga saat ini, Pemerintah Kota Makassar tidak pernah lagi berhasil memperoleh Piala Adipura.
Pada tahun 2010, di masa pemerintahan Wali Kota Ilham Arief Sirajuddin, Makassar hanya meraih Piagam Adipura, bukan piala.
Sekadar diketahui Kota Makassar merupakan satu-satunya kota di Kawasan Timur Indonesia yang setiap tahun dinilai Tim Adipura dalam kategori sebagai Kota Metropolitan yaitu kota berpenduduk melebihi 1 juta jiwa.
Sekitar setahun sebelum Ilham mengakhiri jabatannya, Wali Kota terpilih Danny Pomanto, sekitar Juli 2013, mengumumkan rencananya membangun tugu Adipupra yang baru di kawasan Anjungan Pantai Losari.
Tugu dengan alokasi biaya sekitar Rp 1,5 M dari ABPD 2013 itu, menjadi karya menumental pertama Danny, yang sejak awal 2014 konstruksinya dimulai.
Belakangan, menyusul perkembangan lalulintas kota, dan kemacetan di pertigaan monumen tata lingkungan kota di kecamatan Panakkukangh itu mulai tak terkendali, Balai Besar Pengelolaan Jalan dan Jembatan (BBPJN) Wilayah IV Sulawesi, berinisiatif membongkar Tugu Adipura Tallo.