Prof Amiruddin Wafat
Cerita Baju Kaos Swan Prof Amiruddin
Kepada Tribun di Lt 23 Menara Bosowa, Hamid pernah bercerita, soal kesederhanaan almarhum.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Suryana Anas
TIAP tokoh punya sejarah. Jejaknya dikenang karena suri teladannya. Inilah beberapa kisah tentang Prof Drs Ahmad Amiruddin PhD (81), yang dikumpulkan Tribun dari sejumlah tokoh yang pernah dekat dengannya.
1.Kesederhanaan Kaos Swan
Kisah Hamid Awaludin (Mantan Menkum HAM RI)
Prof Dr Hamid Awaludin, mantan menkum HAM dan Guru Besar Fakultas Hukum Unhas, adalah salah seorang tokoh yang tetap bersikap "laiknya" mahasiswa di hadapan Prof Drs Ahmad Amiruddin.
Sejak bermukim di Jakarta sebagai panasihat BPPT dan Wakil Ketua MPR RI hingga menjelang akhir hayatnya, Hamid terbilang murid yang tetap intens "bersilaturahim".
Awal Januari 2014 lalu, beberapa saat setelah Prof Amir "balik" menetap ke Makassar sepeninggal istri keduanya Hj Rasinah, Hamid kerap mengajak atau diajak makan malam bersama sang maha guru.
"Pak Hamid itu orang yang masih selalu ditelpon dan diajak diskusi atau sekadar bernostalgia," kata Husain Abdullah, dosen HI Fisip Unhas yang kini jadi staf khusus media center M Jusuf Kalla.
Kepada Tribun di Lt 23 Menara Bosowa, Hamid pernah bercerita, soal kesederhanaan almarhum. "Tiap saya datang silaturahim ke rumahnya, saat membaca dia hanya memakai kaos swan putih. kalau makan keluar, baju-bajunya selalu rapi disetrika dan buka. Model yang baru." bahkan kata Hamid, prof amir kadang memakai baju kaos yang sudah ada beberapa jahitannya."
2. Kepercayaan ke M Roem
Kisah Moh Roem (Ketua DPRD Sulsel)
Di masa menjabat Gubernur Sulsel (1983-1993) Amiruddin banyak menempatkan akademisi muda danemberinya ruang untuk berkiprah di gelanggang politik, pemerintahan, dan menyekolahkan mereka ke luar negeri.
M Roem, yang kini menjabat Ketua DPRD Sulsel adalah salah satu "kader" kampus yang dia orbitkan. Roem awalnya adalah dosen FH Unhas bersama Andi Mattalatta.
Lalu Roem dipercaya menjadi Kepala UPT KKN Unhas. Namun, saat Amiruddin jadi Gubernur Roem ditunjuk menjadi Bupati Sinjai.
Roem yang saat itu masih berusia 40-an awal pun awalnya canggung. Amir lalu berpesan. •aku beri kau amanah, dan kepercayaan hingga kau sendiri yang membuat dirimu tak laik aku percaya," kata Amir ke Roem.
Roem yang kala itu baru menyeledaikan masa keanggotaannya di MPR/DPR RI pun menerima. "Bahkan saya menjabat dua periode dan tetap masih sering diajak bertemu oleh beliau,• kata Roem suatu saat kepada Tribun.
kepercayaan serupa juga pernah diberikan Amir ke Prof Radi A Gani mantan Rektor Unhas yang juga dua periode menjabat bupati di Wajo.
3. Jalan Berkubang untuk Mendiknas
Kisah: Dahlan Abubakar, dosen unhas/ wartawan
Di paruh dekade 1970-an, Amir yang baru menjabat Rektor Unhas, terus dirudung masalah infrastruktur kampus Unhas Baraya. Saban hujan mengguyur, air luapan kanal Baraya menggenangi hampir semua Fakultas. Ekonomi, hukum, teknik, kedokteran dan sastra.
Saat itu, Unhas baru dapat bantuan dari Jakarta Rp 80 juta untuk biaya renovasi dan penimbunan lahan kampus. Menteri pendidikan Syarif Tayyib datang berkunjung.
Prof amir memutuskan sendiri yang menjemput dan mrnjadi supir bapak menteri. kebetulan baru hujan deras. Bukan di jalan aspal mulus mobil land rover diakemudikan melainkan di jalan berkubang dan mengitari kampus yang temboknya mulai berlumut.
"Pak Amir cerita, saat itu dia sengaja membawa pak menteri melewAti jalan itu, dan menceritakan bagaimana semangat belajar para mahasiswanya."
Akhirnya, sepulang dari kunjungan di jalan berkubang itu, Pak menteri meminta Pak Amir ke jakarta untuk mengurus kepindahan kampus Baraya ke Tamalanrea. Prof amir dapat tambahan dana rp 100 juta, dan tahun 1983 Presiden resmikan kampus baru," (dicuplik dari Biografi Amiruddin, Nahkoda dari Timur)
4. Dibuang ke Danau Unhas oleh BJ Habibie
Kisah Prof Dr Idrus Paturusi (Rektor Unhas 2009-2014)
Lahir di kampung agraris di Wajo,
Gilereng, Sengkang, 25 Juli 1932, Amiruddin diajarkan kesederhanaan dan keteladanan hidup dari Ayahnya Ahmad Pabittei dan Saodah, seorang pegawai pemerintah dan guru kampung di Wajo.
Banyak jasa dan prestasi yang ditorehkan Amiruddin saat memimpin Unhas karena ketegasan, kesederhanaan, dan keteladanan. Dia memindahkam, Rumah Sakit Pendidikan Unhas yang dulunya di RS Dady juga ikut dipindahkan menjadi RS Dr Wahidin Tamalanrea
Di mata Idrus, Amiruddin sosok yang sangat keras, tegas namun penuh suri teladan.bdan tahu melihat talenta. "Keteladanan beliau telah melahirkan banyak kader-kader pendidik yang handal. Unhas bisa dikenal sampai sekarang tak lepas dari jasa-jasa beliau membangun sistem yang lebih terbuka di kampus," jelasnya.
"Karena dianggap sukses bangun Unhas ketika akan ditarik ke Jakarta sebagai staf BPPT dan digantikan oleh prof Hasan Walinono, Di bibir danau Unhas, Prof Amiruddin diceburkan ke Danau Unhas yang dia bangun untuk mempercamtik kampus,l"
5. Pejuang emansipasi wanita
Cerita Prof Andi Rasdiyanah, (Mantan Rektor IAIN Alauddin Makassar)
Dalam peluncuran buku kiprah Rasdianah di IAIN Makassar, Amiruddin menujukkan sikap demokrasi dan emansipasi ke kaum hawa. Saat Rasdiyanah akanenjabat rektor wanita di kampus Islam pertama di Indonesia, banyak tokoh yang menentang.
kepemimpinan Andi Rasdiyanah mendapat kontroversi, saya yang waktu itu menjabat sebagai gubernur dan mantan rektor harus
bersikap dan menetapkan keputusan secara arif. Bagi saya, pria dan wanita diciptakan Tuhan dengan kodrat dan keistimewaan masing," begitu prof amir memberi testimoni dukungan hingga Prof rasdianah jadi rektor 2 periode dan sekjen depag di jakarta.