Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

SBY Berkunjung di Sulsel

Yang Tersisa dari Kunjungan SBY di Sulsel (3)

Ada yang memilih jalan-jalan pagi menikmati segaranya udara desa, kendati masih mengenakan pakaian salat.

Penulis: Edi Sumardi | Editor: Suryana Anas
ist
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono naik mobil panen padi saat Panen Raya di Kelurahan Kanyuara, Kecamatan Watang Sidenreng, Sidrap, Sabtu (22/2/2014). Hadir di atas kendaraan mobil panen di antaranya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dam Menteri PU Djoko Kirmanto. 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -Fajar mulai menyingsing.Jamaah salat subuh di Masjid Nurul Jihad Cilellang, Desa Paopao, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, satu persatu mulai keluar masjid usai zikir menyambut datanganya pagi. Sebagian dari mereka tak langsung pulang ke rumah.

Ada yang memilih jalan-jalan pagi menikmati segaranya udara desa, kendati masih mengenakan pakaian salat. Ada pula yang tinggal berbincang dengan berbagai topik di halaman masjid sembari melihat kendaraan yang lalu-lalang dengan kecepatan tinggi.

Tak demikian halnya dengan Haji Jamaluddin. Pria paruh baya ini langsung pulang ke rumahnya usai salat. Bukannya ingin melanjutkan tidur, namun mengambil bendera Merah Putih. Pagi itu, Jamaluddin sekaligus pengurus masjid mendapat tugas dari Kepala Desa Cilellang, Syamsul untuk mengibarkan bendera.

"Disuruh Pak Desa kibarkan bendera. Katanya Pak Presiden mau lewat, hari ini atau besok," kata Jamaluddin yang mengenakan kaos polo hijau dipadu sarung dan peci hitam, Rabu (19/2/2014). Pria yang fasih berbahasa Indonesia dan Bugis itu membawa bendera dari rumahnya menggunakan mobil pick-up merek Toyota Kijang keluaran tahun 1980-an warna kuning muda.

Di halaman masjid ada tiang bendera terbuat dari kayu bercat hijau muda dan warna sudah agak kusam. Kendati tiang dipasang permanen, namun tak memiliki tali pengibar, layaknya tiang bendera di Istana Merdeka yang setiap 17 Agustus menjadi sorotan lensa kamera.

Agar bendera bisa dikibarkan, tiang harus direbahkan. Untuk merebahkannya, harus membuka pengait berupa baut pada bagian bawah tiang yang tertanam. Jamaluddin membawa sejumlah kunci untuk mengendurkan baut tersebut agar tiang dapat direbahkan.

Layaknya montir, dia pun dengan sigap mengerjakannya. Jamaluddin sempat kerepotan ketika ingin merebahkan tiang. Bobot tiang cukup berat sehingga jika hanya Jamaluddin seorang diri merebahkannya, akan kerepotan. Boleh jadi tiang akan patah karena jatuh terhempas.
Ia pun meminta bantuan Tribun yang kebetulan mampir di masjid itu dan bersantai usai salat subuh. Dua orang pun berhasil mengibarkan bendera di bawah langit yang cerah.

Usai mengibarkan bendera, tugas Jamaluddin yang berwiraswasta di desa berjarak sekitar 100 kilometer dari pusat Kota Makassar, belum selesai. Dia juga harus menurunkan. “Kata Pak Desa, nanti Presiden sudah pulang baru diturunkan benderanya,” ujarnya berdialek Bugis Barru.

Namun, dia tak tahu persis, kapan SBY dan rombongan pulang dan melintas di depan masjid, di Jalan Poros Maros-Parepare. Begitu pula jadwal SBY melintas dari Pangkep menuju Kota Barru.

Beginilah cara warga desa menyambut dan menghargai orang nomor satu di negeri ini, kendati tak berkesempatan bertemu langsung.

Pemandangan di sepanjang jalan di Barru, poros Maros-Parepare, kontras dengan di Makassar.

Di Barru, bendera Merah Putih beserta umbul-umbul warna-warni lebih banyak dikibarkan. Jalan poros kabupaten ini nyaris bersih dari atribut partai. Dalam rombongan Presiden, ada sejumlah ketua partai ikut serta. Di Makassar, bendera Partai Demokrat lebih banyak berkibar di jalur yang dilintasi Presiden dengan rombongan. Begitu pula di Maros, Pangkep, dan Parepare.

Presiden dan rombongan berada di Makassar, Sabtu (22/2/2014), menginap semalam di Hotel Aryaduta, dan terbang ke Jakarta, Minggu (23/2/2014). (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved