Kisah Nenek Sus, Derita Mantan Bidan Terbaring 7 Hari Tanpa Makan
Untuk hidup di Kota Daeng, ia pernah berprofesi sebagai bidan sekaligus asisten dokter spesialis kandungan di kawasan Laccukang, Makassar.
Penulis: Andi Chaerul Fadli | Editor: Suryana Anas
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Tubuh Mariam terbaring lemas di kamar Rumah Sakit (RS) Labuang Baji, Jl Dr Sam Ratulangi, Selasa (11/2/2014). Wanita 64 tahun tersebut tak berdaya setelah terbaring kaku di rumahnya, Jl Tinumbu Dalam, lorong 2 nomor 22, Kelurahan Layang, Kecamatan Bontoala, Makassar.
"Waktu saya masuk, dia (Mariam) sudah di lantai dengan kotorannya yang berceceran," ungkap Muhammad Gibran, pemuda yang pertama kali mendapati Mariam di rumahnya, Minggu (9/2/2014) malam. Penyiar di sebuah stasiun radio di Makassar ini pertama kali mengetahui kisah Nenek Sus dari sahabatnya yang tinggal di kawasan tersebut.
"Kau mau lihat nenek yang hidup sendirian?" ungkap Gibran menirukan temannya. Pemuda ini merasa penasaran, ditambah lagi informasi bahwan Nenek Sus sudah seminggu tak menampakkan diri.
Penyiar muda ini pun mendatangi gubuk Mariam bersama Bunda, sapaanya untuk Ibu sahabatnya. Ternyata saat disambangi rumah kontrakannya, Mariam alias Nenek Sus telah tergeletak penuh sampah dan kotorannya. "Tujuh hari Nenek Sus tergeletak tanpa makan dan minum dan tidak ada yang tahu," kata Gibran.
Gibran kemudian menghubungi rekannya sesama pewarta udara, Romi, Senin. Sekitar pukul 10.00 wita, Romi menyebar informasi terkait kondisi wanita yang disapa Nenek Sus ke media sosial. Foto dan informasi Nenek Us diposting di Path.
Berawal dari posting di jejaring sosial besutan Dave Morin dan Shawn Fanning tersebut, berita seputar Nenek Sus jadi perbincangan sejumlah akun, bahkan di Twitter pada Senin malam.
Nenek Sus merupakan wanita sebatang kara di sebuah gubuk. "Sekitar 2 x 3 meter," kata Gibran kala menaksir ukuran rumah Mariam. Perempuan kelahiran Sangir itu pernah merantau ke Medan, Sumatra Barat.
Entah di tahun berapa Nenek Sus menginjak Makassar pertama kalinya. Untuk hidup di Kota Daeng, ia pernah berprofesi sebagai bidan sekaligus asisten dokter spesialis kandungan di kawasan Laccukang, Makassar.
Hidupnya sebatang kara setelah ditinggal pergi suaminya, Mardan. Setelah pensiun, dari dunia kesehatan, Nenek Sus berpangku pada sumbangan dari donatur sekitar.
"Uang yang dikumpulkan dari sumbangan sebesar Rp 900 ribu hilang," ungkap Gibran. Padahal uang tersebut akan digunakan untuk membayar kontrakan gubuknya, Rp 300 ribu perbulan, kata Gibran menjelaskan.
Atas inisiasi dari beberapa rekannya, Gibran membawa Nenek Sus untuk mendapatkan pengobatan di RS Jauhary Akademis. Namun, sekitar pukul 22.00 wita, Nenek Sus dipindahkan ke RS Labuang Baji lantaran dana yang dimiliki tak memadai.
Hingga saat ini, puluhan donatur untuk pengobatan Nenek Sus telah mengirimkan bantuannya.Perawat yang bertugas, Yanti mengatakan, Nenek Sus menderita Dekubitus pada bagian bokongnya.
Selain itu, Nenek Sus juga menderita maag akut lantaran beberapa hari tak mengasup makanan. (Andi Chaerul Fadli)