Pelajar Dikeluarkan karena Rusak Plafon
KKDG Prihatin Ada Siswa Tak Bersekolah di Daerah Program Pendidikan Gratis
Siswa SMAN 1 Bajeng dikeluarkan karena kedapatan merusak plafon sekolah Desember lalu.
Penulis: Waode Nurmin | Editor: Suryana Anas
SUNGGUMINASA, TRIBUN-TIMUR.COM - Komite Komunitas Demokrasi Gowa (KKDG) merasa prihatin dengan nasib Wahyu Ade Wijaya, Muh Ardiansyah, Ardi Setiawan, dan Taufik Hidayatullah, eks siswa SMAN 1 Bajeng yang dikeluarkan karena kedapatan merusak plafon sekolah Desember lalu.
Ridwan, salah seorang anggota KKDG berpendapat kejadian tersebut justru mencoreng dunia pendidikan di kabupaten yang menjalankan program pendidikan gratis. Menurutnya, seharusnya menjadi harapan bangsa dan sekarang terancam kehilangan masa depannya akibat dikeluarkan dari sekolah dan sampai saat ini belum mendapat sekolah yang mau menerima.
"Seharusnya pihak sekolah lebih bijak mengambil keputusan dalam kejadian ini. Apa lagi saat kejadian berlangsung tidak ada satu pun guru yang masuk mengajar. Kemana rimbanya guru yang seharusnya memperhatikan anak didiknya saat jam sekolah,” ujarnya kepada Tribun, Selasa (4/2/2014).
Menurutnya, seorang siswa seumuran Wahyu dkk masih masa labil seorang remaja cowok. Nakal sudah menjadi hal yang biasa dilakukan siswa sekolah menengah atas.
“Kenapa mesti dikeluarkan? Kenapa pihak sekolah tidak memberikan teguran, konseling atau bimbingan terhadap siswa yang dianggap bermasalah? Kejadian ini sama saja dengan menghilangkan hak anak tersebut untuk mendapatkan pendidikan. Belum lagi pertimbangan kondisi tekanan psikologis anak tersebut yang lebih banyak mengurung diri di dalam kamar dan kadang berteriak-teriak. Dinas pendidikan Gowa diharapkan turun tangan untuk menangani hal ini,” tambahnya. (*)