Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Mahasiswa Kesehatan Makassar peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia
Rokok sebagai salah satu "mesin pembunuh" diperkirakan telah menyebabkan kematian 300.000 orang per tahun
Penulis: Suryana Anas | Editor: Muh. Taufik
Olehnya itu, mahasiswa ilmu kesehatan se-Makassar yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Indonesia untuk Pengendalian Tembakau-Makassar (GEMPITA Makassar) memperingati hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada Kamis (31/5/2012).
Mahasiswa ilmu kesehatan yang merupakan gabungan BEM Fakultas Kedokteran se-Makassar, BEM Fakultas Farmasi, BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat, BEM Keperawatan, dan LSM Kesehatan rencananya akan menggelar aksi pada hari tanpa tembakau sedunia ini.
Ketua BEM Fakultas Kedokteran UMI Zulkifli, mengatakan, ada beberapa tuntutan hasil rapat konsolidasi bersama anggota GEMPITA Makassar Rabu (30/5) tadi malam.
Berikut isi tuntutan GEMPITA Makassar pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini.
1.Mempercepat pengesahan RPP tentang pengamanan Zat Adiktif.
2.Segera Ratifikasi Framewok Convention Tobacco Control (FCTC).
3.Implementasi secara total peraturan Pemerintah ttg kawasan Umum tanpa Asap Rokok.
4.Menolak Intervensi Perusahaan Rokok dalam RPP ttg Rokok.
"Oleh karena itu, kami mengundang teman-teman mahasiswa kesehatan di Makassar dan praktisi kesehatan yang bersedia untuk bergabung dalam menyikapi momentum hari tanpa tembakau sedunia," ujarnya melalui pesan BBM ke Tribun.
Seperti yang dikutip dari www.kompas.com, rokok yang setiap batangnya mengandung lebih dari 4.000 jenis racun merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit, di mana nikotin diketahui berkontribusi terhadap kanker paru-paru, hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, infertilitas pria, dan juga terhadap terjadinya disfungsi ereksi.
Prevalensi perokok di Indonesia sendiri tidak banyak berubah dari data Riskesdas tahun 2007 yang mencatat prevalensi perokok sebesar 33,4 persen. Namun, perhatian besar diberikan terhadap meningkatnya jumlah perokok remaja seperti dalam survei yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey 2009 yang menunjukkan bahwa 20,3 persen pelajar SMP sudah merokok.
Dibandingkan dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 1995, jumlah perokok remaja naik lebih dari dua kali lipat dimana peningkatan perokok pada remaja perempuan meningkat lebih pesat dibandingkan perokok remaja perempuan. Jumlah perokok anak juga naik enam kali lipat dalam 12 tahun yaitu 71.126 anak pada 1995 menjadi 426.214 anak pada 2007. (*)