Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Oil Refinery Bakal Coba Dibangun di Luwu Timur, ini Keuntungannya

Beberapa pengusaha disebut mencoba peluang untuk membangun pabrik minyak goreng di daerah potensial di Sulsel, salah satunya Luwu Timur.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Ansar
fahrizal/tribun-timur.com
Konsultan Bisnis Refinery Cooking Oil and Hydrothermal Treatment Zero Waste Energy, Suhaemi Fattah. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Masih minimnya jumlah pabrik minyak goreng (oil refinery) di Sulsel, menjadi peluang bagi pengusaha untuk berinvestasi.

Beberapa pengusaha disebut mencoba peluang untuk membangun pabrik minyak goreng di daerah potensial di Sulsel, salah satunya Luwu Timur.

Konsultan Bisnis Refinery Cooking Oil and Hydrothermal Treatment Zero Waste Energy, Suhaemi Fattah kepada Tribun Timur mengatakan, Ia telah mengajukan proposal pembangunan Oil Refinery berkapasitas 10 ton per hari.

"Proposal kami masuk di industri hilir pabrik minyak goreng. Oil Refinery ini mampu memproduksi minyak goreng 10-40 ton per hari," kata Suhaemi, Senin (29/7/2019).

Wasiatnya Ingin Dimakamkan di Pondok Pesantren, Mayat Warga Ini Tiba-tiba Hidup Kembali, Faktanya?

Ketua LPKNM Sebut Pengguna Narkoba Harus Direhab Bukan Dipenjara

Kronologi Lengkap, Nenek 74 Tahun di Aceh Utara Jadi Korban Pemerkosaan, Pelaku Sempat Kabur

"Dan rencananya untuk pertama akan dibangun di Luwi Timur," lanjutnya.

Oil Refinery yang diajukan Suhaemi berbeda dari pabrik minyak goreng biasanya, dimana pabriknya yang lebih kecil, dapat dibangun di area selus 1000 meter persegi.

Suhaemi menjelaskan latar berlakang rencana pembangunan Oil Refinery ini.

Menurutnya, pola distribusi komoditas minyak goreng di Indonesia saat ini diduga masih bermasalah.

Dugaan itu didasarkan dari adanya disparitas harga yang cukup tinggi antara harga di tingkat produsen, dengan harga di tingkat konsumen.

Serta ketersediaan barang yang kurang mencukupi pada saat dibutuhkan, terutama di kota-kota besar.

"Produksi minyak sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng hanya terdapat di wilayah tertentu. Sedangkan pabrik minyak goreng tersebar di beberapa wilayah di Indonesia," kata dia.

Wasiatnya Ingin Dimakamkan di Pondok Pesantren, Mayat Warga Ini Tiba-tiba Hidup Kembali, Faktanya?

Ketua LPKNM Sebut Pengguna Narkoba Harus Direhab Bukan Dipenjara

Kronologi Lengkap, Nenek 74 Tahun di Aceh Utara Jadi Korban Pemerkosaan, Pelaku Sempat Kabur

"Dengan kondisi tersebut, ada indikasi bahwa fluktuasi harga minyak goreng saat ini disebabkan karena perbedaan biaya distribusi," tambahnya.

Ia melanjutkan, hampir semua provinsi atau kabupaten memperoleh pasokan komoditas minyak gorengnya dari luar daerahnya.

Karena tidak adanya produsen minyak goreng di daerah tersebut, atau pasokan dari produsen di dalam daerahnya tidak mencukupi kebutuhan.

"Pabrik minyak goreng dikuasai oleh grup perusahaan dengan kapasitas produksi yang besar," katanya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved