Harga Tiket Pesawat Naik, Hotel Berbintang di Toraja Tanpa Pengunjung
Katanya, pengurus PHRI melaporkan nol okupansi di setiap hotel, 1-3 malam bahkan tidak ada tamu yang menginap.
Penulis: Risnawati M | Editor: Hasrul

TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan kebijakan bagasi berbayar oleh maskapai tidak hanya berdampak pada penguna jasa transportasi udara yang kian menurun, tapi juga okupansi hotel.
Salah satunya, Hotel Misiliana berbintang empat yang laris di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Direktur Hotel Misiliana, Yohan Tangkesalu mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat menurutnya memang sangat parah, membuat turunnya tamu domestik di Toraja.
Baca: Wonogiri Panen Raya Jagung 37.026 Hektar di Lahan Berbatu
Baca: Kasus Raibnya Dana Dinkes Parepare 2,9 Miliar, dr Muh Yamin Bantah Sudah Diperiksa Polisi
"Memang terasa kenaikan tarif tiket dengan menurunnya tamu domestik di bulan Januari ini, sampai ada hotel okupansinya nol yang biasanya hanya rendah," ujar Yohan saat dihubungi TribunToraja.com, Selasa (12/2/2019).
Katanya, pengurus PHRI melaporkan nol okupansi di setiap hotel, 1-3 malam bahkan tidak ada tamu yang menginap.
"Masalahnya akibat harga tiket pesawat naik, dan paling parahnya memang Toraja tidak punya bandara penerbangan langsung, sehingga tamu harus memikirkan terlebih dulu karena dua kali penerbangan," tambahnya.
Baca: Kasus Raibnya Dana Dinkes Parepare 2,9 Miliar, dr Muh Yamin Bantah Sudah Diperiksa Polisi
KetuaPHRI Toraja Utara itu menuturkan akibat tidak adanya bandara tamu domestik yang ingin ke Toraja mengalami kenaikan dan perubahan harga dua kali, dulunya Denpasar-Makassar Rp 700-800 Ribu sekarang Rp 1,2 juta dan penerbangan Makassar-Palopo Rp 700 Ribu.
Tingginya kenaikan tiket pesawat sehingga tamu banyak berfikir kembali sebab, angkutan darat dari Makassar-Toraja dengan waktu cukup lama susah diterapkan, wisatawan capek di jalan.
"Sudah banyak masukan kepada kami, terpaksa kami pending (cancel) untuk Toraja, atau wisatawan pergi mengunjungi daerah lain," ungkap Yohan.
Baca: Libur Semester, KMP Stimik Dipanegara Latih TI di SMAN 9 Pinrang
Lanjutnya, jika berwisata keluar negeri malah lebih murah, contohnya Air Asia dari Jakarta-Kuala Lumpur Rp 700 ribu pulang pergi (PP) sudah termasuk bagasi.
"Ini hal yang menurut saya shock sekali, harga tiket sangat mahal, solusinya dari kami harga naik atau tidak, itu tidak jadi masalah tapi jika naiknya kelewatan, nah itu masalahnya," jelasnya.
Yohan mengaku heran, saat passing strategi digunakan Air Lines dan Kementrian Perhubungan agak aneh, menurutnya jika naik di bulan Desember 2018 lalu tidak menjadi masalah, namun kenapa terasa kencang naiknya di Januari 2019.
"Kalau tamu tidak berkunjung dan menginap di hotel, sudah pasti daya beli berkurang dan usaha serta toko-toko alami dampaknya, namun fenomena unik saya lihat wisatawan lokal yang mau berkunjung ke daerah tapi dengan mahalnya tiket, mereka berwisata kuliner di daerahnya sendiri," tutup Yohan. (*)
Laporan Wartawan TribunToraja.com, @cinnank17