Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mengenal Desa Kaluppang, Daerah Penghasil Durian di Enrekang

Durian bahkan menjadi salah satu pendapatan utama warga yang tinggal di daerah perbatasan Sidrap ini.

Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Nurul Adha Islamiah
Muh Azis Albar/Tribunenrekang.com
Pimpinan Baznas Enrekang, Baharuddin dan Ilham Kadir saat berburu durian di Desa Kaluppang. 

TRIBUNENREKANG.COM, MAIWA - Desa Kaluppang, Kecamatan Maiwa merupakan salah satu daerah penghasil durian di Kabupaten Enrekang.

Durian bahkan menjadi salah satu pendapatan utama warga yang tinggal di daerah perbatasan Sidrap ini.

Desa berpenduduk sekitar 3000 jiwa ini berjarak sekitar 50-60 Kilometer dari Kota Enrekang.

Baca: Tiga Eks Unsur Pimpinan DPRD Enrekang Didakwa Korupsi Dana Bimtek Selama 2 Tahun

Baca: Polres Enrekang Bentuk Unit Pengumpul Zakat

Baca: Kapolres Enrekang Sidak Kondisi Randis Personil Satuan Shabara

Bisa ditempuh dengan waktu sejam menggunakan roda dua maupun roda empat.

Tokoh masyarakat Desa Kaluppang, Baharuddin, mengatakan, varietas durian di Desa Kaluppang berbeda dengan durian Monthong.

Pimpinan Baznas Enrekang, Baharuddin dan Ilham Kadir saat berburu durian di Desa Kaluppang.
Pimpinan Baznas Enrekang, Baharuddin dan Ilham Kadir saat berburu durian di Desa Kaluppang. (Muh Azis Albar/Tribunenrekang.com)

Sebab, aromanya lebih kuat dan lebih banyak nutrisinya. Selain itu daging buahnya berwarna kuning kemerahan atau kuning keabuan.

Tak heran, jika setiap musim durian, Desa Kaluppang selalu diserbu penikmat durian dari berbagai daerah.

"Tahun ini, semua pohon durian milik warga berbuah cukup banyak. Ada yang berbuah 300-700 buah perpohon dengan harga perbuah Rp 4000 sampai Rp 7000," kata Baharuddin kepada TribunEnrekang.com, Minggu (10/2/2019).

Ia menjelaskan, ada aturan yang bernilai positif tentang durian di desanya. Aturan itu sudah dianggap tradisi oleh warga.

Tradisi itu adalah warga desa bebas memungut buah durian yang jatuh dari pohonnya., meski tanpa sepengetahuan pemilik.

Kalau pemilik durian mencoba memagari pohon duriannya dan menghalangi orang lain memungut durian jatuh.

Ia akan dicemoh dan dicap oleh masyarakat sebagai orang kikir, bahkan bisa dianggap penyebab gagalnya durian berbuah karena sikap kikir tersebut.

"Biar kita tidak punya pohon durian di desa ini, tetap bebas memungut durian di kebun orang lain. Kecuali dipanjat atau dilempar buah itu tidak halal, tapi sepanjang duriannya jatuh sendiri, siapapun mendapatinya, boleh mengambilnya," ujarnya.

Pengurus MUI Enrekang ini menuturkan tradisi seperti itu adalah konsensus adat positif yang sudah turun temurun.

Hal itu mengandung makna kebersamaan, tolong menolong dan ikhlas memberi.

"Ini tradisi bagus, jadi anak-anak sampai orang tua bebas dan berlomba lomba pergi cari durian saat musim tiba, bahkan orang dari kota berbondong-bondong ke Kaluppang saat musim durian tiba," tutur Pimpinan Baznas Enrekang ini.

Hanya saja menurutnya, perlu digelar event khusus agar nama Desa Kaluppang sebagai sentra durian di Enrekang makin dikenal.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved