Warga Samata Maros Gunakan Pelita, PLN Tak Hiraukan Keluhan Warga
Warga sudah beberapa kali mengadu ke PLN. Hanya saja, aduan tersebut belum mendapat respon.
Penulis: Ansar | Editor: Hasrul
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Warga di Dusun Samata, Desa Limapoccoe Kecamatan Cenrana, Maros, masih menggunakan pelita sebagai penerang saat malam hari.
Pasalnya, jaringan listrik yang tersedia tidak maksimal. Bahkan balon lampu warga tidak bisa menyala karena rendahnya tegangan listrik yang sampai ke rumah.
Seorang warga, Udin mengeluhkan kurangnya perhatian PLN terhadap kondisi penerangan kampungnya.
Baca: DPO 9 Bulan, Pencuri Modus Pecah Kaca Mobil di Maros Ditangkap
Baca: Komunitas Pamai Salurkan 500 Paket Sembako ke Korban Banjir Maros
Padahal sudah puluhan tahun, kondisi listrik di kampungnya memprihatinkan, Minggu (3/2/2019).
Jika malam, warga menggunakan pelita laiknya jaman lampau. Anak-anal juga harus belajar dengan menggunakan alat penerangan seadanya.
Sejumlah elektronik milik warga mengalami kerusakan. Hal itu disebabkan, tegangan listrik yang tidak mampu mensuplai. Elektronik dibeli lalu dipajang.
"Kondisi ini sudah lama kami alami. Jika malam, kami menggunakan penerangan seadanya seperti jaman dulu. Padahal sudah ada jaringan listrik di kampung kami," katanya.
Baca: Babak Pertama PSM Makassar vs Kalteng Putra Selesai, Skor Kaca Mata
Baca: Polisi Sebut Ada Empat Kejahatan Lingkungan Penyebab Longsor di Gowa
Listrik hanya digunakan untuk menambah daya baterai ponsel. Meski begitu, warga tetap diwajibkan membayar tagihan listrik. Hal tersebut lebih memberatkan warga.
Meski menolak, namun warga tetap membayar tagihan dengan alasan takut dipidana. Pembayaran warga tidak sesuai dengan kualitas pelayanan yang didapatkannya.
"Listrik tidak maksimal. Tapi tagihan sangat tinggi. Mau atau tidak, warga harus bayar tagihan. Kami sangat kecewa dengan hal itu," katanya.
Baca: Pemkab Sinjai Desak Pemerintah Pusat Selesaikan Sengketa Tapal Batas Sinjai-Bulukumba
Baca: VIDEO: Pangdam XIV Hasanuddin Gunakan Rakit Meyebrang Sungai di Jeneponto
Warga sudah beberapa kali mengadu ke PLN. Hanya saja, aduan tersebut belum mendapat respon.
Setiap bulan, warga membayar tagihan mulai Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu. Harga tagihan juga tidak menentu. Padahal, warga jarang menggunakan listrik.
Sementara, seorang siswa SMP Cenrana, Ikbal mengatakan, saat melakukan aktivitas belajar atau mengerjakan tugas dimalam hari, ia harus menggunakan lampu pelita sebagai penerang tambahan.
Baca: Video Viral Driver Gojek Rekam Detik-detik Penumpang Mengaku Mau Diculik, Ini Yang Terjadi Kemudian
"Lampu suka mati-mati. Kita juga susah belajar. Mata juga cepat mengantuk," kata siswa kelas 1 SMP ini.
Dari ratusan rumah di dusun Samata, hanya 40 diantaranya telah dialiri aliran listrik dengan kondisi tidak normal.
Warga yang mendapat aliran listrik, hanya menggunakan dua balon lampu berkapasitas 7 watt. Lampu baru bisa menyala setelah pukul 21.00 wita.
Baca: AKPPS Sidrap Ajak Pemuda Peduli dan Melek Bencana, Libatkan 33 Organisasi