Pascabanjir di Sulsel, Andi Surahman Batara Minta Warga Waspadai Berbagi Penyakit Menular
Warga korban bencana banjir maupun bukan, di Sulawesi Selatan (Sulsel), kini harus mewaspadai
TRIBUN-TIMUR.COM - Warga korban bencana banjir maupun bukan, di Sulawesi Selatan (Sulsel), kini harus mewaspadai berbagai ancaman penyakit menular pascabencana.
Pasalnya, bencana banjir sangat berpotensi menyebabkan berbagai penyakit, antara lain diare, demam, tipus, kolera, disentri, demam berdarah, leptospirosis, dan hepatitis A.
"Penyakit tersebut, penyakit water-borne disease (penyakit yang terbawa air) dapat menular melalui makanan, minuman, dan hewan seperti nyamuk dan tikus," kata Wakil Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muslim Indonesia, Dr Andi Surahman Batara, Senin (28/1/2019).
Konsumsi air minum dari sumber yang terdampak banjir harus diwaspadai sebab air sangat mudah terkontaminasi dengan berbagai sumber penyakit.
Andi Surahman Batara mengharapkan pemerintah meminimalkan risiko korban banjir terjangkit penyakit dengan cara memaksimalkan penyediaan air bersih.
"Hal ini harus menjadi prioritas. Pemerintah setempat juga bisa melibatkan stakeholder terkait," kata mantan Ketua Umum Badko Himpunan Mahasiswa Islam Wilayah Sulselbar itu sekaligus suami Andi Harnita Nurul Fitri.
69 Meninggal
Inilah update korban banjir di Sulsel.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat terdapat 69 orang meninggal akibat bencana banjir dan longsor yang melanda 13 kecamatan/kota di Sulsel hingga Senin (28/1/2019).
Sepala Pusat Data Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 7 orang lainnya dilaporkan hilang.
"Dampak bencana per 28 Januari 2019 tercatat 69 orang meninggal, 7 orang hilang," kata Sutopo melalui keterangan tertulis, Senin (28/1/2019).
Selain itu, terdapat 48 orang luka-luka dan 9.429 orang mengungsi karena terdampak bencana.
Dikutip dari Kompas.com, Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, sebagian pengungsi sudah ada yang kembali ke rumahnya dan ada pula yang masih berada di pengungsian.
"Masyarakat yang berada di pengungsian karena rumahnya rusak berat, masyarakat merasa lebih nyaman di pengungsian karena takut adanya banjir dan longsor susulan," kata Sutopo Purwo Nugroho.
Di sisi lain, terdapat 559 rumah terdampak bencana, dengan rincian sebanyak 33 unit hanyut, 459 unit rusak berat, 37 unit rusak sedang, 25 unit rusak ringan, 5 unit tertimbun.
BNPB juga mencatat terdapat 22.156 unit rumah yang terendam.
Infrastruktur lainnya yang rusak akibat bencana yaitu, 34 jembatan, 2 pasar, 12 unit fasilitas peribadatan, 8 fasilitas pemerintah, dan 65 unit sekolah.
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan penanganan beserta proses evakuasi masih terus dilakukan di daerah terdampak bencana.(*)