Tak Merokok dan Rajin Olahraga, Sutopo Purwo Nugroho Syok Saat Divonis Kanker Paru-paru Stadium 4
Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, dirinya divonis kanker pada Januari 2018.
TRIBUN-TIMUR.COM - Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menceritakan kisahnya saat pertama kali divonis menderita kanker paru-paru stadium 4.
Sutopo Purwo Nugroho menuturkan, dirinya divonis kanker pada Januari 2018.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, dirinya tidak pernah mengalami tanda-tanda sebelum divonis kanker.
Namun ia ingat betul, tanda-tanda yang ia rasakan yakni ketika menangani Gunung Agung meletus November 2017.
"Dada kiri saya sakit sekali, saya takut jantung karena badan saya gemuk. Nah pulang kantor saya mampir ke rumah sakit dekat rumah, disuruh rontgen, kok ada kabut-kabut, disuru CT Scan," tuturnya.
Usai menjalani CT Scan, dokter kemudian memberi tahu kalau Sutopo Purwo Nugroho terkena kanker.
"Sambil bacakan hasil CT scan, dokternya bilang, udah ya saya ngomong apa adanya ya, iya dok, sampeyan kanker paru-paru stadium 4, wah saya syok kan kaget, loh saya kan nggak merokok, saya kan hidupnya sehat. Saya banyak makan buah, saya olahraga, kenapa saya?," ujarnya.
Akhirnya ia pulang ke rumah dan menceritakan hal itu pada sang istri, lalu keesokan harinya berangkat ke Malaysia ditemani stafnya untuk mengecek kondisi yang sebenarnya.
"Saya cek di sana hasilnya, sama, kanker paru-paru stasium 4 B, B itu sudah menyebar, sudah di tulang, kelenjar getah bening dan sebagainya," kata dia.
Sutopo Purwo Nugroho pun sempat menanyakan kepada dokter, apakah penyakitnya itu bisa disembuhkan atau tidak.
Baca: Lion Air Banting Harga, Tiket Rute Jakarta - Singapura Sempat Cuma Rp 150 Ribu
Baca: Masih Amankah Naik Lion Air? Kapten Batik Air Ungkap Fakta Soal Pesawat Lion, Garuda & Sriwijaya
"Dokter bilang, nggak ada obat kanker, ya nanti kita kemoterapi, ya paling umur kamu nambah satu sampai tiga tahun, di situ saya syok betul, ingat anak-anak, saya diem saja saking stressnya," ujarnya.
Bahkan saat terjadi gempa di Jakarta, kata dia, dirinya tidak melayani wartawan karena masih syok dan ingin menenangkan pikiran.
"Makin lama saya makin drop, ada bencana saya nggak sempat menangani, lalu saya lihat beritanya jadi gak karuan, hoax banyak, dan akhirnya saya sudah ikhlas," katanya.
Sutopo Purwo Nugroho pun teringat nasihat ayahnya yang mengatakan bahwa hidup tidak selalu linier, ada kalanya di jurang.
"Itu sudah ada garis tangannya, akhirnya saya menerima dan putuskan aktifitas seperti biasa, tapi saya kurangi aktifitas ke luar kota. Yang saya rasakan sakit sekali di tulang, setiap saat, sekarang juga sakit tapi saya tahan, saya lawan," ujarnya.
