Relawan Alumni Unhas: Korban di Donggala Tak Menjarah Kami, Justru Menjaga Harga Diri
Stop sebut para korban gempa di Sulteng menjarah. Relawan alumni Fakultas Teknik Unhas ini justru merasakan korban sangat menjaga harga diri.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bencana gempa diikuti tsunami dan longsor yang menimpa sejumlah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah telah membuat banyak orang terpanggil membantu para korban.
Bantuan yang diberikan pun sangat beragam.
Ada yang memilih membantu dengan cara menjadi relawan langsung ke lokasi bencana.
Sebagian memilih menyumbangkan harta bendanya untuk disalurkan ke para korban.
Ada pula yang melakukan penggalangan dana di jalan-jalan, di grup-grup whatsApp, di kantor, sekolah, kampus, pasar, rumah ibadah dan berbagai tempat lainnya.
Sebagian lainnya membantu dengan dengan cara mendonorkan darahnya.
Baca: Pertamina Kirim 380 Ribu Liter BBM Hingga 30 ribu Liter Avtur ke Palu
Baca: Tips Agar Bantuan Anda untuk Korban Gempa dan Tsunami Palu-Donggala Tak Dijarah
Panggilan kemanusiaan tanpa sekat suku dan agama sangat terasa beberapa hari terakhir.
Cerita para relawan tentang pengalaman mereka mendatangi lokasi bencana pun banyak tersebar, baik di media mainstream maupun media sosial.
Salah satunya dilakukan para alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin angkatan ‘93 yang tergabung dalam Prakarsa 93.
Ketua Prakarza 93 Ir Muammar Muhayang ST IPM menceritakan, beberapa jam pascagempa menimpa Sulteng pada Jumat (28/9/2018) jelang magrib lalu, pihaknya langsung berinisiatif membantu para korban.
Malam Sabtu itu juga mereka langsung menggalang dana dari para alumni.
Terkumpul dana Rp 31 jutaan.
Lalu diputuskan mengirim relawan ke Palu dan Donggala menggunakan mobil pada Sabtu (29/9/2018) pagi.
“Yang berangkat pertama Andi Irwan (Sipil 93) dkk,” cerita Muammar melalui whatsApp, Selasa (2/10/2018).
Kebetulan Irwan bermukim di Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.