Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Gempa Palu Donggala

Bikin Sedih, Begini Cerita Dokter Tim Medis Unhas di Palu

Bencana alam di Kabupaten Donggala bukanlah bencana luar biasa, tapi sungguh sangat luar biasa.

Penulis: Hasrul | Editor: Mahyuddin
Suasana kelurahan petobo kecamatan palu selatan, kota palu yang tertimbun saat gempa terjadi di palu, Senin (1/10). Tribun timur/sanovra jr 

TRIBUN-TIMUR. COM, MAKASSAR - Dr drg Eka Erwansyah MKes bergabung di medis Universitas Hasanuddin (Unhas) yang turut membantu korban gempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Dokter Eka Erwansyah mengatakan, bencana alam di Kabupaten Donggala bukanlah bencana luar biasa, tapi sungguh sangat luar biasa.

"Bencana Palu dalam pandangan saya bukan hanya bencana luarbiasa, tapi sungguh sangat luabiasa," kata Dokter Eka melalui pesan WhatsApp ke Tribun Timur, Senin (1/10/2018).

Berikut tulisan, Dokter Eka menggambarkan situasi dan kondisi pascagempa bumi di Sulawesi Tengah.

Baca: Foto-foto EKSKLUSIF Tribun Timur dari Petobo, Kampung yang Tenggelam Lumpur di Palu

Biasa dalam suatu bencana hanya ada 1 atau 2 'pembunuh'. Biasanya gempa saja, atau gempa plus tsunami.

Bencana Aceh didahului gempa tapi "sang pembunuh" sebenarnya adalah hanya 1 yaitu tsunami.

Nah di Palu ada tiga sang pembunuh:

1. Gempa
Banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.

2. Tsunami
Sekitar 1000 orang di sekitar pantai sedang persiapan Festival Nomini tersapu oleh tsunami.

3. Lumpur
Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur yang menyembur dari dalam bumi dan dalam sekejap menenggelamkan satu perkampungan.

Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup.

Ada juga sekitar 200 siswa SMA sedang kemah juga terkubur dalam lumpur yang tiba-tiba menyembur dan menimbun mereka.

"Kebetulan saya dan teman-teman yang tergabung dalam Tim DVI Unhas sudah berada di lokasi sejak kemaren pagi. Kampung yang hilang itu Kampung Petobo, daerah Sigi," ungkap Dokter Eka.

Berikut kisah dokter Eka saat di lapangan.

Seorang bapak melaporkan anaknya yang hilang.

Dia curhat ketika itu antarkan anaknya mengaji.

Rumahnya dan rumah tempat mengaji hanya dipisahkan oleh jembatan.

Begitu anaknya didrop, dia balik ke rumahnya. baru mau masuk ke rumah tiba mendengar bunyi bbluuumm.

Dia balik badan dan hanya melihat hamparan tanah kosong berlumpur.

Ke mana perginya rumah-rumah satu perkampungan??? Hanya dlm hitungan detik.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved