Begini Cara PT Vale Indonesia Lakukan Efisiensi Anggaran
Perusahaan tambang terbesar di Indonesia tersebut saat ini tercatat memiliki tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Penulis: Hasrul | Editor: Mahyuddin
TRIBUN TIMUR. COM, MAKASSAR - Penyediaan energi listrik menjadi salah satu fokus utama PT Vale Indonesia Tbk untuk melakukan efisiensi biaya produksi.
Perusahaan tambang terbesar di Indonesia tersebut saat ini tercatat memiliki tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Larona, Balambano, dan Karebbe.
Senior Manager of Communications PT Vale Indonesia, Budi Handoko, mengatakan dengan adanya PLTA tersebut perusahaan dapat melalukan efisiensi biaya produksi cukup signifikan.
“Dari awal kami memiliki satu PLTA. Lalu di tahun 1999 ada PLTA kedua tapi kami masih mix dengan batu bara. Lalu di tahun 2011 kami punya PLTA ketiga, sudah full pakai energi yang ramah lingkungan," ungkap Budi di PLTA Karebbe, Rabu (4/7/2018).
Baca: PT Vale Indonesia Mulai Lirik Pasar Industri Mobil Listrik
Kehadiran PLTA membuat perusahaan dapat melakukan efisiensi dari sebelumnya biaya produksi mencapai USD 10 ribu per ton, kini hanya di bawah USD 6 ribu per ton.
Ketiga PLTA tersebut berfungsi sebagai pemasok tenaga listrik untuk mengoperasikan furnace alias tahap tanur peleburan dan pengolahan bijih nikel di pusat pengolahan (process plant).
Meski demikian, perusahaan tetap memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang mengandalkan batu bara.
Namun keberadaan PLTU tersebut hanya sebagai tenaga cadangan jika sewaktu-waktu PLTA mengalami kendala.
Masing-masing PLTA memiliki produksi daya listrik rata-rata 165 megawatt untuk Larona, 110 megawatt untuk Balambano, dan 90 megawatt untuk Karebbe.(*)