Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Refleksi Ramadan

REFLEKSI RAMADAN (6): Mengapa Masjid Agung Darussalam Wajo Didatangi Pencari Berkah dari Luar Daerah

Keberkahannya sering dikaitkan dengan wali sufi bernama Syeikh Sagena atau Tosagena dan AGH Abdul Malik Muhammad (1922-2000).

Editor: AS Kambie
dok.tribun
Wahyuddin Halim 

Oleh
Wahyuddin Halim
Antropolog Agama UINAM

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Masih ada puluhan menit sebelum waktu Magrib tiba. Tapi puluhan mobil telah terparkir di ruas-ruas jalan dan lapangan sepak bola di pusat kecamatan. Penumpangnya datang dari sejumlah tempat di Wajo dan kabupaten sekitar, Sidrap, Soppeng, dan Bone.

Puluhan kilometer mereka tempuh khusus untuk bersalat tarawih di Darussalam, masjid raya Kecamatan Belawa, Wajo, yang berjarak sekitar 40 kilometer di barat daya Sengkang. Menurut warga, terkadang mobil yang datang mencapai seratusan, khususnya pada malam pertengahan Ramadan.

Suasana di atas terjadi pada sekitar tahun 1970-an hingga 1990-an. Sejak tahun 2000-an, pengunjung luar kecamatan semakin jarang karena sejumlah faktor.

Di masa itu Darussalam mungkin satu-satunya masjid di Sulsel yang rutin dikunjungi begitu banyak orang dari jauh untuk bersalat tarawih. Warga setempat bahkan sering membanggakan masjid mereka sebagai yang terindah di Sulsel untuk ukuran masa itu.

Sekilas, arsitekturnya memang tampak unik di antara masjid lain di Sulsel. Kesan indah dan elegan, walau jauh dari megah, terlihat dari lima kubah dan dua menaranya. Sepintas, ada kemiripan arsitektural dengan Masjid Darussalam Banda Aceh.

Namun, keindahan masjid bukan alasan utama para pengunjung datang ke kecamatan yang cukup terpencil ini. Warga menyebut beberapa faktor lain.

Pertama, kepercayaan tentang pemerolehan berkah bagi pengunjung masjid yang didirikan dan pernah dibina oleh tiga sosok ulama besar di Wajo itu.

Keberkahan Masjid Agung Darussalam sering dikaitkan dengan sosok wali sufi bernama Syeikh Sagena atau Tosagena. Konon salah satu sudut pondasi masjid berasal dari batu penanda tempat kelahiran sang wali.

Wali yang tumbuh dewasa dan wafat di Mekah ini konon memiliki maqam spiritual tinggi. Selain itu, pengunjung percaya, air kolam tempat berwudu di masjid itu pun punya khasiat serupa air Zamzam.

Faktor lainnya, kehadiran sosok ulama karismatik, AGH Abdul Malik Muhammad (1922-2000). Sejak muda, AGH Malik sudah mendedikasikan hidupnya sebagai guru agama, dai dan qadi di Belawa.

Setiap Ramadan, beliau mengisi sebagian besar jadwal ceramah tarawih dan subuh di Darussalam. Ceramahnya terkenal menghibur dan dapat dipahami lintas generasi dan tingkat pendidikan.

Seringkali ceramahnya berupa kisah bersambung, termasuk yang romantis. Agar tak ketinggalan episode, jamaah harus datang tiap malam.

Waktu itu belum ada media perekam digital, apalagi Youtube. Jauh sebelum kemunculan dai kondang seperti KH Zainuddin MZ, AGH Malik sudah terkenal di kawasan Bosowa dan wilayah perantauan Bugis di Sulbar, Sulteng, Kaltim dan Malaysia (Sabah).

Sekarang, masjid-masjid megah berdiri di setiap ibukota kabupaten. Sebagian hasil renovasi total masjid raya, yang lainnya masjid baru yang dinamai masjid agung.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved