Tak Doyan Jalangkote, Ternyata Kepala Disperindag Enrekang Punya Pengalaman Ini
Ia mengaku, hampir tiap hari mendapat hukuman memakan jalangkote yang tersisa dari jualannya tersebut.
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Hasriyani Latif
Laporan Wartawan TribunEnrekang.com, Muh Azis Albar
TRIBUNENREKANG.COM, ENREKANG - Di Bulan Ramadan sejumlah kue bermunculan untuk menu takjil bagi orang yang berpuasa.
Salah satu menu takjil yang kerap kita lihat dijajakan selama Ramadhan adalah kue tradisional seperti Jalangkote.
Hal itu merupakan pemandangan yang wajar lantaran sejumlah masyarakat Sulawesi Selatan memang menyukai kue yang satu ini.
Apalagi jika disajikan dengan es buah saat berbuka puasa, tentu akan semakin menggugah selera.
Namun hal itu tak berlaku bagi Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diaperindag) Enrekang, Hardi.
Ia mengaku tak menyukai kue tradisional berbahan dasar terigu berisi sayuran tersebut.
"Memang banyak yang suka makan jalangkote, tapi saya justru paling tidak suka makanan itu," kata Hardi kepada TribunEnrekang.com, Minggu (20/5/2018).
Ia menjelaskan, dirinya punya alasan dan pengalaman buruk dengan kue jalangkote tersebut.
"Jadi sewaktu masih bersekolah, saya disuruh berjualan Jakangkote dari orangtua dan itu wajib dijual habis, kalau tidak habis sepulang di rumah saya disuruh makan dan habiskan sendiri jualan saya," ujar Hardi mengenang masa lalunya.
Baca: Ini Menu Buka Puasa Favorit Kapolres Enrekang
Baca: Ini Menu Favorit Komisioner Panwaslu Sidrap Saat Berbuka Puasa
Ia mengaku, hampir tiap hari mendapat hukuman memakan jalangkote yang tersisa dari jualannya tersebut.
Sehingga, Ia pun berjanji tak akan makan jalangkote lagi jika sudah meraih sukses karena tak ingin mengenang masa tersebut.
"Jadi setelah saya bekerja sampai saat sekarang saya tak mau lagi makan jalangkote karena itu membuat saya ingat masa lalu saya itu," tuturnya.
Untuk berbuka puasa, Ia lebih memilih minum air hangat kemudian langsung menyantap nasi.(*)