Pendapatnya Soal Kitab Suci adalah Fiksi Dikritik, Rocky Gerung Malah Sebut Orang Ini Dungu
Menurut Rocky Gerung, kata fiksi dianggap negatif karena dibebani oleh kebohongan, sehingga fiksi itu selalu dimaknai dengan kebohongan.
TRIBUN-TIMUR.COM - Pengamat Politik sekaligus Dosen Filsafat UI, Rocky Gerung memberikan pernyataan yang kontroversial di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (10/4/2018).
Dirinya mengatakan bahwa kitab suci adalah hal yang fiksi, namun berbeda dengan fiktif.
Hal ini lantaran menurut Rocky Gerung, kata fiksi dianggap negatif karena dibebani oleh kebohongan, sehingga fiksi itu selalu dimaknai dengan kebohongan.
Baca: Ini 2 Hal yang Tak Berubah dari Zumi Zola Meski Ditahan di Rutan, No 1 Bikin Kagum
Baca: Terdesak Utang, Siswa SMA Jual Perawan Rp 1,5 Juta ke Mahasiswa, Begini Pengakuannya
"Fiksi adalah energi yang dihubungkan dengan telos, dan itu sifatnya fiksi. Dan itu baik. Fiksi adalah fiction, dan itu berbeda dengan fiktif," ujarnya.
Dirinya juga mengungkapkan makna telos yang dalam bahasa Yunani yang memiliki arti akhir, tujuan ataupun sasaran.
Rocky kembali menekankan bahwa fiksi adalah baik, sedangkan yang buruk adalah fiktif.
Baca: Heboh! Foto Lucinta Luna Tercyduk Tanpa Make Up Beredar di Medsos, Netizen: Laki Banget Ya
Baca: Keren! 16 Kopi Lokal Indonesia Ini Laris di Pasar Dunia, Cek Apa Kopi Daerahmu Masuk?
Ia lantas mengambil contoh Mahabharata dimana menurutnya Mahabharata adalah fiksi namun bukan fiktif.
Fiksi itu kreatif sama seperti orang beragama yang terus kreatif dan menunggu telosnya.
"Anda berdoa, Anda masuk dalam energi fiksional bahwa dengan itu Anda akan tiba di tempat yang indah,” ujarnya menjelaskan.
Rocky menambahkan, dalam agama, fiksi adalah keyakinan. Dalam literatur, fiksi adalah energi untuk mengaktifkan imajinasi.
Baca: Ingat Ibu yang 4 Kali Tampar Petugas SPBU karena Tak Mau Antre? Hal Buruk Ini Menimpanya