Dosen Teknik Kimia; 10 Korban Miras Oplosan Ibarat Minum Spirtus Campur Tape
Secara kimiawi, 10 korban ini menjadikan tubuhnya laiknya wadah gelas pencampuran senyawa ethanol (C2H5OH) dan methanol (CH3OH).
Penulis: Ansar | Editor: Thamzil Thahir
MAKASSAR, TRIBUN — Sepuluh pemuda Duren Sawit, Jakarta Timur, yang jadi korban tewas dan tak sadarka. diri setelah pesta minuman keras (miras) oplosan Minggu (2/4/2018) lalu.
Hasil pemeriksaan polisi, para korban meninggal dunia karena mengkonsumsi minuman campuran alkohol, gingseng, dan minimuman bersoda lain.
Kadar alkohol di miras oplosan mencapai 95%.
Merujuk fakta temuan polisi itu, dosen Teknik Kimia Faklutas Teknologi Industri (FTI) UMI Makassar Ir Zakir Sabara MT, IPM, ASEAN Eng, menyebutkan 10 korban mengkonsumsi hasil reaksi kimia kadar fatal dan risiko tinggi.
Secara kimiawi, 10 korban ini menjadikan tubuhnya laiknya wadah gelas pencampuran senyawa ethanol (C2H5OH) dan methanol (CH3OH).
“Kalau di lab, saat reaksi senyawa ini kita harus pakai masker dan kaos tangan tebal, efeknya berasap dan panas. kalau ditumpahkan ke daging mentah, dagingnya matang, melepuh.”
Alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi Surabaya (ITS) ini mengumpamakan, 10 korban tewas ini mengkonsumsi spirtus dan tape sekaligus.
Spirtus adalah senyawa methanol yang bisa jadi bahan bakar memasak makanan. “alkohol kadar 95% itu setara konsentrasi di spritus,” ujarnya saat dimintai tanggapan.
Sedangkan tape atau makanan permetrasi beras atau zat karbohidrat, itu adalah ethanol yang kadar alkoholnya bisa sampai 11%.
“Mungkin karena alkohol 95% bisa dibeli bebas di apotik, dan coca-cola, minuman energi gingseng itu ethanol yg juga dijual bebas, jadi mereka campur tanpa pemahaman baik tentang kimiawi,” ujarnya.
Kalau merujuk kasus-kasus efek reaksi kimiawi ethanol dan methanol, maka organ tubuh yang paling terkena di kasus ini adalah hati.
Dia menyebutkan, banyak kasus korban minuman oplosan dalam beberapa tahun terakhir, karena minimnya pengetahuan dan rendahnya pemahaman masyarakat tentang bahaya yang ada disekitar kita.
Di samping itu, pengawasan pemerintah atas peredaran dan perdagangan kimiawi itu juga masih lemah.
Sebelumnya, para korban berpesta miras di sebuah rumah kosong, Jalan Raden Inten I, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Minggu, 1 April 2018. Mereka kemudian baru dibawa ke RS Islam Pondok Kopi sehari setelahnya.