Pilgub Sulsel
Pengamat Politik Unhas: Isu Korupsi Populer karena Jadi Perhatian Masyarakat
Sehingga, bisa saja ini menjadi komoditas politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 mendatang.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Suryana Anas
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muh Hasim Arfah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pengamat Politik Universitas Hasanuddin Makassar, Ali Armunanto SIP MSi menganggap isu korupsi menjadi populer karena menjadi perhatian utama masyarakat.
Apalagi, lanjutnya, korupsi telah menjadi perhatian masyarakat Indonesia.
Sehingga, bisa saja ini menjadi komoditas politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 mendatang.
"Bisa jadi komoditas politik untuk mengajak tidak korupsi tapi korupsi juga bisa bermakna positif dan negatif untuk kampanye," katanya, Rabu (14/3/2018)
Mengapa hal itu menjadi perhatian masyarakat?
"Itu karena korupsi menjadi populer dan memang berefek karena para koruptor ini mengambil uang rakyat," katanya.
Dari data lembaga survei yang pernah dirilis di Sulawesi Selatan.
Media Survei Nasional menempatkan korupsi pada posisi keempat menjadi masalah yang dirasakan oleh masyarakat.
Pertama yakni ekonomi susah dan kemiskinan dengan 16,6%, kedua harga kebutuhan pokok dan listrik 16%, ketiga lowongan kerja 9,8% dan korupsi 9,1%.
Sementara itu, Lembaga Riset dan Survey Populi Center mensurvei kriteria utama untuk menjadi Gubernur Sulawesi Selatan periode2018-2023 ke depan yakni, berpengalaman memimpin pemerintahan (35,3%), merakyat (17,6%), dan bersih dari korupsi (12,6%).
Sementara itu, Lembaga Survei Indonesia menemukan Dalam survei Agustus 2017, mayoritas warga (54%) merasa, tingkat korupsi di negara Indonesia mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.
Namun demikian, warga yang merasa “tingkat korupsi meningkat” berkurang proporsinya dibanding temuan pada 2016 (70%). (*)