Catatan Kecil untuk Tribun Timur, Enjoy di Citizen Reporter

Oleh:

Budhi A.M. Syachrun

Guru SMAN 7 Maros/Penikmat Citizen Reporter

 TRIBUN-TIMUR.COM-Tribun Timur Makassar yang sudah memasuki usia 14 tahun, tentu bukan waktu yang tidak “belia’ dalam sebuah persaingan di media cetak. Koran ini sejak lahir 2004 lalu, telah menjadi bagian berbeda dibanding dengan beberapa media harian di Sulsel.

Koran ini cukup tajam menjelma menjadi media yang sarat dengan reputasi dan mendapat beberapa penghargaan di tingkat nasional. Koran ini seakan menjadi sebuah media yang dewasa, padahal media ini baru berumur 14 tahun berkiprah di masyarakat dan memberi berita dan gaya menulis yang cukup tajam.

Dan salah satu rubrik yang menarik perhatian saya adalah tentang Citizen Reporter. Rubrik ini kalau terus dikembangkan, akan memancing masyarakat dan siapa saja untuk terus menulis apa yang terjadi disekelilingnya.

Yang menarik dari rubrik Citizen Reporter ini adalah karena informasi yang dikirimkan dan disajikan di Citizen Reporter, itu berasal dari semua profesi dan beragam kegiatan di masyarakat. Citizen Reporter ini seakan tidak membatasi siapa saja yang bisa menyampaikan informasi dan bisa di muat di rubrik  tersebut.

Di Sulsel pada umumnya, Citizen Reporter hanya bisa ditemukan di koran ini. Saat saya mengikuti kegiatan diklat di Manado Sulut tahun 2016 lalu, saya juga menemukan rubrik seperti ini di koran Manado yang tergabung dalam Kompas Grup. Dan saat itu saya mengirimkan kegiatan di Manado dan dimuat di koran itu sebagai rubrik tamu.

Bagi pembaca yang sering mengamati dan menikmati Citizen Reporter di koran ini, tentu bisa memberikan penilaian tersendiri bagaimana informasi yang ada di rubrik tersebut, bisa dengan cepat terakses ke publik hanya dalam hitungan menit dan jam.

Saya bahkan secara pribadi mengatakan bahwa, Citizen Reporter ini bisa sama dan mengalahkan tugas jurnalis yang ada di lapangan. Yang disajikan di rubrik ini adalah informasi aktual dan benar-benar ada pada moment tertentu. Dan itu tergantung siapa yang mengirimkan Citizen Reporter pada saat itu.

Beberapa hari lalu, saya mengirimkan kegiatan di Citizen Reporter tentang kegiatan rapat berkala yang ada di sekolah. Masyarakat sekitar sekolah justru dibuat heran. Alasan mereka karena di kecamatan tersebut sudah pernah berlangsung kegiatan musrembang dan diikuti oleh pejabat di Maros, tetapi berita tentang kegiatan itu tidak ada di surat kabar.

Saya harus menjelaskan apa adanya. Bahwa kalau berita yang naik di surat kabar itu, karena ada jurnalis yang hadir dan meliput kegiatan itu. Kalau tidak ada jurnalis, maka sebagus apapun kegiatan yang dilakukan, itu tidak akan menjadi sebuah berita karena tidak ada jurnalis yang hadir untuk meliput.

Saya juga sampaikan bahwa di rubrik Citizen Reporter itu berbeda dengan berita yang dibuat jurnalis. Walaupun gaya penulisan dalam rubrik tersebut hampir sama dengan kaidah jurnalistiik. Yang membedakan adalah siapa pun dan apa pun profesi yang dilakukan, bisa mengirimkan informasi dan berpartisipasi dalam rubrik  tersebut.

Kalau jurnalis yang mengirimkan berita dikoreksi susunan redaksinya pada tingkat redaktur, maka hal yang sama terjadi juga di Citizen Reporter. Bedanya adalah jurnalis hanya menulis kode dan inisial nama wartawan saja, sementara di rubrik Citizen Reporter, itu harus lengkap siapa yang mengirimkan laporan dan dia melaporkan dari mana kegiatan yang sedang berlangsung.

Saya justru membayangkan ke depan bahwa, jika semua lini dan sektor bisa terakomodir dalam Citizen Reporter, maka saya yakin rubrik ini akan memiliki titik keunggulan tersendiri. Bayangkan, kita bisa membaca pelbagai kegiatan dan informasi dalam rubrik tersebut, dari pelbagai sisi dan sudut pandang warga yang menulis laporannya.