Nggak Nyangka! Orang Baik Lebih Rentan Depresi, Ini Penyebabnya
Saling tolong menolong dalam segala hal agar bermanfaat bagi orang lain adalah kahikat manusia lainnya.
TRIBUN-TIMUR.COM-Dalam ajaran sejumlah agama, masnusia tidak hanya diajarkan mengabdi kepada tuhannya melainkan juga berbuat baik kepada sesama manusia.
Saling tolong menolong dalam segala hal agar bermanfaat bagi orang lain adalah kahikat manusia lainnya.
Makanya, sedari kecil kita dibiasakan untuk berbuat baik dengan semua makhluk hidup di dunia.
Terutama dengan sesama manusia.
Bahkan kita, manusia, dituntut untuk menjadi orang baik agar tidak timbul permusuhan.
Baca: Enrekang Bakal Diguyur Hujan Sepanjang Hari Ini
Baca: 12 Fakta Bimanesh Sutarjo, Dokter yang Celaka Usai Periksa Setya Novanto Tersangka KPK
Baca: Panwaslu Enrekang Ingatkan Aparat Desa Tak Terlibat Politik Praktis
Namun seakan bertolak belakang, sebuah riset menunjukan bahwa bersikap baik ke orang lain bisa berdampak buruk pada diri sendiri.

Sebuah riset digelar dengan meneliti kaitan pola pikir orang yang dianggap pro-sosial, mereka yang rela berkorban demi keadilan dan kesetaraan, dengan gejala klinis depresi jangan panjang.
Riset dilakukan dengan meneliti kepribadian 350 orang untuk menentukan apakah mereka masuk kategori 'pro-sosial' atau 'individualis'.
Peneliti juga mengukur keinginan orang untuk saling berbagi kepada mereka yang kurang beruntung dari sisi keuangan.
Mereka memeriksa otak peserta riset yang telah dikelompokan dalam kategori 'pro-sosial dan 'individualis; menggunakan magnetic resonance imaging (MRI).
Baca: OPINI: Pertarungan di Arena Tak Sehat
Baca: Wanita Ini Jauh-jauh dari Jambi ke Wajo untuk Menyanyi di Nikahan Mantan, Pengantin Pria Pingsan