Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

5 Fakta Tragis Tragedi Bintaro: Sejarah Terburuk, Aura Mistis Lokomotif Maut, dan Lagu Iwan Fals

Bagaimana suara tabrakan itu, jejeritan bersahutan, serta darah yang berceceran di mana-mana.

Editor: Aqsa Riyandi Pananrang
Handover
Kecelakaan kereta api dalam Tragedi Bintaro 1, 19 Oktober 1987. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dua puluh sembilan tahun berlalu, namun sebuah tragedi kecelakaan kereta api masih jelas dalam ingatan.

Bagaimana suara tabrakan itu, jejeritan bersahutan, serta darah yang berceceran di mana-mana.

Ya, 30 tahun lalu, tepatnya pada 19 Oktober 1987, sebuah peristiwa kecelakaan tragis yang melibatkan dua buah kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, terjadi.

Kelak di kemudian hari, orang mengenalnya dengan Tragedi Bintaro jilid I. Sebab, 26 tahun kemudian, kecelakaan kereta api kembali terjadi di lokasi yang hampir berdekatan dengan Tragedi Bintaro I.

Inilah satu di antara musibah paling buruk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia, sekaligus menyita perhatian dunia.

Dirangkum dari wikipedia.org, peristiwa bermula dari kesalahan Kepala Stasiun Serpong memberangkatkan KA 225 Jurusan Rangkasbitung-Jakartakota ke Stasiun Sudimara.

Padahal saat itu, jalur KA di Stasiun Sudimara yang hanya punya tiga jalur, dua antaranya sudah diisi kereta lain, yaitu KA Indocement yang akan berangkat ke Jakarta dan gerbong tanpa lokomotif.

KA 225 Jurusan Rangkasbitung-Jakartakota sampai di Stasiun Sudimara pukul 06.45 WIB dan sedianya akan bersilang dengan KA 220 Cepat Jurusan Tanah Abang-Merak di Stasiun Kebayoran.

Artinya, KA 220 harus mengalah dan menunggu di Stasiun Kebayoran. Namun Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Kebayoran tidak mau mengalah dan tetap memberangkatkan KA 220.

Di saat yang bersamaan, KA 225 juga berangkat dari Stasiun Sudimara lantaran salah tafsir. 

Rencananya, KA 225 akan dilangsir di jalur 3 dan masinis tidak dapat melihat semboyan yang diberikan lantaran penuhnya lokomotif.

Masinis malah bertanya pada penumpang di lokomotif, "Berangkat?" maka penumpang pun menjawab, "Berangkat!"

Dan tak lama kecelakaan tragis itu terjadi di antara Stasiun Pondok Ranji dan Pemakaman Tanah Kusir, sebelah utara Sekolah Menengah Umum Negeri 86 Bintaro.

Di dekat tikungan melengkung Tol Bintaro, tepatnya di lengkungan "S", berjarak kurang lebih 200 m setelah palang pintu Pondok Betung dan kurang lebih 8 km sebelum Stasiun Sudimara.

Kedua kereta sarat penumpang itu hancur, terguling, dan ringsek. Kedua lokomotif dengan seri BB303 16 dan BB306 16 rusak berat.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved