Ini Penjelasan Resmi Dokter Meninggalnya Kiper Persela, Semoga Kejadian Terakhir di Lapangan!
Semoga meninggalnya Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, adalah kejadian terakhir di lapangan sepakbola Indonesia.
TRIBUN-TIMUR.COM - Dunia sepakbola Tanah Air berduka.
Semoga meninggalnya Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, adalah kejadian terakhir di lapangan sepakbola Indonesia.
Baca: Video: Hatrick Icardi Menit 90 Bungkam AC Milan, Ini Klasemen Lengkap Italia, Napoli #1
Baca: Siapa Olaudah Equiano Google Doodle Hari Ini? Simak Profilnya, Perjuangannya Mulia
Nurul Huda meninggal dunia setelah sempat tak sadarkan diri karena mengalami benturan atau tabrakan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, dan penyerang Semen Padang, Marcel Sacramento, Minggu (15/10/2017).
Saat membawa Persela menang 2-0 ketika melawan Semen Padang, Huda sempat tak sadarkan diri karena terlibat benturan dan harus diganti pada menit ke-45.
Huda kemudian diberikan alat bantu pernapasan dari tabung oksigen.
Setelah itu, pemain yang membela Persela Lamongan sejak 1999 ini diangkut dengan mobil ambulans untuk dibawa ke rumah sakit.
Mendapat penanganan pihak RS, kiper berusia 38 tahun itu kemudian dinyatakan meninggal dunia.
Terkait peristiwa tersebut, pihak dari RSUD dr Soegiri Lamongan, yakni dokter Yudistiro Andri Nugroho, Spesialis Anastesi (Kepala unit Instalasi Gawat Darurat), memberi penjelasan.
Menurut pemeriksaan, Huda mengalami trauma benturan sehingga menyebabkan henti napas dan henti jantung.
"Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain sehingga terjadi apa yang kita sebut henti napas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan napas dengan bantuan napas. Kemudian, Huda dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulans, Huda juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung," ujar Yudistrio Andri, Minggu.
Dia menjelaskan, pihak RS kemudian melakukan pemasangan alat bantu pernapasan terhadap Choirul Huda.
"Sesampainya di UGD, Huda segera ditangani. Kami melakukan pemasangan alat bantu napas yang sifatnya permanen. Kami lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa napas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu, kami harapkan kami melakukan pompa otak sama jantung," tuturnya.
Dokter Yudistrio mengatakan, setelah diberi penanganan, sempat ada respons dari Choirul Huda, tetapi kemudian menurun.