Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ternyata! Ada 8 Jenderal Mau Diculik PKI di Malam G30SPKI, Siapa Brigjen Ahmad Soekendro?

Saat revolusi, Sukendro bergabung dengan Divisi Siliwangi. Nasution yang ‘menemukannya’ segera tahu dia bukan perwira biasa.

Editor: Mansur AM
DOK FTI
Dandim 1408 BS/Makassar, Letkol Kav Otto Sollu; Dekan FTI UMI, Ir H Zakir Sabara HW ST MT IPM ASEAN Eng,& Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen Agus Surya Bakti; dan Wakil Rektor III UMI, Prof Achmad Gani nonton bareng film G30S/PKI di pelataran kampus FTI UMI, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (30/9/2017) 

TRIBUN-TIMUR.COM - Partai Komunis Indonesia (PKI) merencanakan menculik delapan jenderal. 

Faktanya AH Nasution berhasil lolos dan kisahnya menjadi heroik. Nasution selamat, namun putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean, menjadi korban penculikan PKI.

Baca: Menteri Wiranto: Impor Senjata Brimob Bermasalah. Berarti, Jenderal Gatot Benar Dong?

Dalam pertemuan terakhir operasi penculikan Dewan Jenderal di rumah Sjam Kamaruzzaman, di Salemba Tengah, pada Hari-H, 30 September 1965, ternyata ditaklimatkan nama delapan jenderal yang akan dijemput.

Tentara tampak menembakkan senjata untuk memburu pasukan yang terlibat dalam G30S di Jakarta ( 2 Oktober 1965,
Tentara tampak menembakkan senjata untuk memburu pasukan yang terlibat dalam G30S di Jakarta ( 2 Oktober 1965, (Getty Images via bbc)

Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Soewondo Parman, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Brigjen Donald Izacus Pandjaitan, Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan Brigjen Ahmad Soekendro.

Siapa Brigjen Ahmad Sukendro dan mengapa ia selamat dari penculikan?

Baca: Inilah Dunia Tentara, Kapendam Dicopot Karena Medsos, Bagaimana Nasib Admin Twitter TNI AU?

Achmad Sukendro dilahirkan di Banyumas tahun 1923.

Seperti banyak anak muda seusianya, di zaman Jepang, ia memilih mendaftar menjadi anggota PETA.

Saat revolusi, Sukendro bergabung dengan Divisi Siliwangi. Nasution yang ‘menemukannya’ segera tahu dia bukan perwira biasa.

Cara berpikir dan kemampuan analisa Sukendro di atas rata-rata perwira lainnya.

Karena itu saat Nasution menjadi KSAD, ia menarik Sukendro sebagai Asintel I KSAD. Nyatanya, Sukendro tak mengecewakan.

Pada 1957, saat perwira-perwira daerah resah dengan kebijakan Jakarta dan berniat menuntut opsi otonomi, Sukendro – tentunya atas perintah Nasution – menggelar operasi intelijen.

Orang-orangnya masuk ke daerah dan menginfiltrasi pola pikir para perwira di daerah.

Hasilnya, saat suasana memuncak, praktis hanya komandan di Sumatra (PRRI) dan Sulut (Permesta) yang menyatakan diri berpisah dari Indonesia.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved