Jangan Sembarang Menulis di Google, Ini Alasannya
AS Kambie memulai diskusi dengan mengulas gerakan 212 yang bermula dari media sosial.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasim Arfah
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Mursyid Jam'iatul Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassary, Syeck Sayid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka menjadi pembicara dalam Dialog Kebangsaan di Safe House, Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Sulsel, Rabu (26/3/2017).
Diskusi kebangsaan ini mengangkat tema "Peran Media, Pemuda, dan Para Ulama dalam Penguatan Nilai-Nilai Islam Rahmatan Lil' Alamin untuk Menangkal Radikalisme dan Terorisme"
Hadir juga AS Kambie (Manager Produksi Tribun Timur), Kadiv Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani, Hartono Riswanto (Ketua Divisi Advokasi dan Hukum KNPI Sulsel).
AS Kambie memulai diskusi dengan mengulas gerakan 212 yang bermula dari media sosial.
Baca: FOTO: Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Makassar, MPR RI Pakai Metode Outbound
Baca: IKA Unhas Belanda-PPI Groningen Gelar Diskusi, Prof Nurdin Abdullah Jadi Pembicara
"Apa yang Anda tulis menunjukkan keimanan Anda," katanya.
Tak hanya itu, menunjukkan Google punya ciri-ciri Lauh Mahfuzh.
Lauh Mahfuzh adalah kitab tempat Allah menuliskan segala seluruh skenario/ catatan kejadian di alam semesta. L
"Ketika Anda menulis sesuatu di internet kemudian masuk Google maka itu akan tersimpan terus. Bisa saja sampai kiamat nanti," katanya.
Sementara itu, Hartono Riswanto mengulas masalah hubungan pemuda dengan Islam.
"Islam itu berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman yang berarti menyelematkan," katanya.
Tonton menyebutkan bahwa sering kali pemuda menjadi "pengantin" dalam bom bunuh diri. Padahal, Nabi Muhammad tak pernah menjadi kekerasan dalam proses dakwahnya.
"Pemuda punya modal kuantitatif, kita punya modal kualitatif dari Muhammad, Sayyidina Ali, dan Soekarno-Hatta. Jadi, pemuda punya modal besar untuk menjadi nilai-nilai Islam Rahmatan Lil'Alamin," katanya. (*)